Skip to content
Bagelen Channel

Bagelen Channel

Semua Tentang Purworejo | Khas & Inspiratif

Primary Menu
  • Beranda
  • Berita
  • Artikel
  • Opini
  • Oase
  • Home
  • 2018
  • Mei
  • Masjid Tiban Jenar Kidul Dibangun Oleh Sunan Kalijaga
  • Budaya & Kesenian

Masjid Tiban Jenar Kidul Dibangun Oleh Sunan Kalijaga

Bagelen Channel 30 Mei 2018
jenar 1

Masjid Tiban Jenar Kidul, hasil karya Sunan Kalijaga saat syiar Agama Islam di Tanah Bagelen (wid)

Purwodadi | bagelenchannel.com – Jejak Sunan Kalijaga di Tanah Bagelen juga dapat ditemui di Masjid Tiban yang terletak di Desa Jenar Kidul, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Masjid Tiban Jenar Kidul ini termasuk sebuah masjid kuno dan keberadaannya dilindungi oleh undang-undang karena termasuk ke dalam peninggalan purbakala. Masjid ini dibangun oleh Sunan Kalijaga pada tahun 1468 Masehi. Bersamaan dengan pembangunan Masjid Agung Demak. Masjid Tiban Jenar Kidul dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa. Sedangkan bangunan bagian atas atau atap masjid berupa tajuk tumpang satu. Adapun konstruksi kayu serta gonjo masjid hampir sama dengan Masjid Agung Demak.

Oleh para ahli sejarah diperkirakan masjid-masjid tersebut dibangun pada jaman yang sama atau dibangun oleh orang yang sama. Ruangan Masjid Tiban ini dibagi menjadi dua ruangan. Ruangan pertama merupakan serambi masjid, sedangkan ruangan kedua adalah ruangan utama masjid. Salah satu ciri khas masjid buatan Sunan Kalijaga yaitu terdapat empat soko guru yang terbuat dari tatal kayu jati yang diikat menggunakan plat besi baja.

Empat saka guru Masjid Tiban Jenar Kidul buatan Sunan Kalijaga, hanya dibuat dari tatal kayu jati, namun hingga saat ini masih kuat menyangga bangunan utama masjid (wid)

 

Saat Bagelen Channel berkunjung ke Masjid Tiban ini, Ketua Takmir Masjid Tiban Jenar Kidul H Sudarno (69), menceritakan sejarah singkat berdasarkan cerita turun temurun, mengenai tempat beribadah tersebut. Menurut H Sudarno, pembangunan Masjid Tiban dimulai saat Wali Sanga membangun Masjid Agung Demak. Meski pembangunannya belum selesai, kala itu Sunan Kalijaga memutuskan untuk pergi syiar Agama Islam ke arah selatan. Perjalanan beliau hingga di wilayah Urut Sewu (sekarang masuk wilayah Kecamatan Purwodadi-red). Sesampainya di Jenar Kidul Sunan Kalijaga lantas membangun sebuah masjid yang sekarang dikenal sebagai Masjid Tiban.

Umpak masjid menggunakan sebuah batu Yoni, sebagai wujug adanya akulturasi budaya antara Hindu dan Islam (wid)

 

Diceritakan oleh H Sudarno, bahwa waktu itu daerah di sekitar Masjid Tiban belum seramai sekarang. Belum banyak dihuni orang, disebutkan baru beberapa orang yang menghuni tempat tersebut.

“Di sekitar Masjid Tiban masih banyak terdapat hutan belantara yang sangat lebat ditumbuhi oleh pohon-pohon liar dan besar-besar. Termasuk pohon raksasa Jati Pendowo yang dipergunakan untuk membuat bedug terbesar di dunia, yaitu Bedug Pendowo,” katanya.

Masih menurut H Sudarno, pada saat Sunan Kalijaga belum selesai membangun Masjid Tiban, karena masih kurang soko guru berjumlah empat buah, datanglah utusan Sultan Demak. Utusan tadi membawa pesan agar Sunan Kalijaga segera pulang ke Demak Bintara. Tak ada pilihan lain bagi Sunan Kalijaga untuk segera menyelesaikan pembangunan Masjid Tiban.

“Maka Sunan Kalijaga mengeluarkan kemampuannya, dengan seijin Allah SWT, mukjizat itu pun datang, hanya dalam waktu semalam selesailah pembangunan masjid itu,” tambahnya.

Sunan Kalijaga berhasil membuat dan mendirikan empat buah soko gurunya. Karena pembangunan masjidnya hanya selesai dalam waktu semalam, maka oleh warga sekitarnya dinamakan Masjid Tiban Jenar Kidul.

“Kanjeng Sunan Kalijaga dalam membuat empat buah soko guru Masjid Tiban, hanya dari sisa-sisa tatal kayu jati lantas diikat dengan menggunakan plat besi. Tak hanya masjidnya yang disebut sebagai Masjid Tiban, termasuk juga sumur yang terletak di samping sebelah depan masjid, oleh warga sekitar sini disebut juga sebagai sumur tiban. Tak ada yang tahu siapa yang membuat sumur tadi, tiba-tiba saja pagi-pagi sudah ada sumur di sana,” ungkapnya.

“Nah, pada saat utusan Sultan Demak tersebut datang, Sunan Kalijaga sedang berbaring dan hujan turun sangat deras. Sehingga ada pula warga sekitar yang menyebut nama beliau sebagai Syech Udan Waring,” terangnya.

Sutarno saat menunjukkan jembangan raksasa yang terbuat dari tanah liat di kompleks Masjid Tiban Jenar Kidul (wid)

 

Ada beberapa keistimewaan di Masjid Tiban Jenar Kidul ini. Keistimewaan tadi meliputi, terdapat sebuah jembangan air raksasa terbuat dari tanah liat diberi nama Musyaffa, yang memiliki arti pengobatan. Sehingga masyarakat setempat percaya kalau air jembangan tadi bisa mengobati berbagai macam penyakit. Adapun penyakit yang bisa diobati di sana yaitu sakit buta secara tiba-tiba, lumpuh, kena santhet, stress, gila dan sebagainya. Adapun pengobatannya dilakukan dengan cara wudhlu (jika penyakitnya ringan-red) dan mandi besar (jika penyakitnya tergolong parah-red). Namun itu semua tentu atas seijin dari Alloh SWT.

Selain itu, di Masjid Tiban Jenar Kidul ini juga terdapat batu Hajar Aswad. Dinamakan demikian karena di balik batu tersebut terdapat ukiran tulisan Arab yang berbunyi Hajar Aswad. Mengenai asal muasal batu itu menurut sejarah dibawa oleh Syech Udan Waring dari Tanah Suci Mekah sebagai tumbal masjid.

Batu Hajar Aswad, konon yang membawa ke kompleks Masjid Tiban Jenar Kidul dari Tanah Suci Mekah adalah Syech Udan Waring atau Sunan Kalijaga (wid)

 

Keunikan lainnya adalah pada umpak masjid menggunakan sebuah batu Yoni, sebagai wujug adanya akulturasi budaya antara Hindu dan Islam. Disamping itu keberadaan bedug yang ada di serambi masjid menurut H Sudarno diyakini terbuat dari pucuk Pohon Jati Pendowo yang digunakan sebagai bahan utama pembuatan Bedug Pendowo yang kini menjadi Bedug Terbesar di dunia, berada di Serambi Masjid Agung Darul Muttaqin Purworejo.

Sementara itu menurut juru kunci Masjid Tiban Jenar Kidul Sutarno, berpesan agar jangan sekali-kali datang ke Masjid Tiban dengan niat jelek, maka dari tubuh orang tersebut akan tercium bau kotoran ayam. Disamping itu Sutarno juga mengingatkan agar pengunjung atau jamaah jangan sampai tidur di ruang utama masjid. Karena pernah beberapa kali ada kejadian aneh, saat ada orang yang tertidur di ruang utama masjid, saat bangun tahu-tahu sudah berada di makam yang terletak di belakang masjid. (Widarto)

Continue Reading

Previous: Siswa SDLB Purworejo Maju Lomba Menyanyi FLS2N Tingkat Jateng
Next: Jelang Operasi Pengamanan Lebaran Polres Purworejo Lakukan Rotasi Jabatan

Pos Terkait

festival-sego-megono-2
  • Budaya & Kesenian
  • Kuliner
  • Unik

Kirab Sego Megono Event Budaya Songsong Romansa Purworejo 2020

Bagelen Channel 20 Agustus 2018
WhatsApp Image 2018-07-07 at 8.03.18 AM
  • Budaya & Kesenian

Predator Bangkitkan Musik Metal Purworejo

Bagelen Channel 7 Juli 2018
WhatsApp Image 2018-06-21 at 22.54.21
  • Budaya & Kesenian

Puluhan Seniman Purworejo Akan Gelar Pentas Akbar di TMII Jakarta

Bagelen Channel 22 Juni 2018

Tentang Kami

Bagelen Channel

Semua Tentang Purworejo | Khas & Inspiratif

  • Redaksi
  • Media Partner
  • Disclaimer
  • Youtube
  • Instagram
  • Facebook
  • Twitter
Bagelen Channel | Copyright ©2025 All rights reserved | MoreNews by AF themes.