Purworejo | bagelenchannel.com-Ada yang unik dengan sajadah yang satu ini. Jika umumnya sajadah terbuat dari kain berbulu atau karpet maupun ditenun. Kini di Purworejo, Jawa Tengah, muncul sajadah batik tulis. Keberadaannya cukup unik karena lazimnya kain batik tulis dibuat untuk pakaian, namun justru dibuat sebuah sajadah nan cantik menawan.
Karena keunikannya itulah maka pada saat mendekati perayaan Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriah atau Tahun 2018 tersebut, permintaan akan sajadah batik tulis meningkat cukup tinggi. Sajadah batik tulis itu merupakan sebuah karya inovasi dari salah seorang perajin batik tulis bernama Ganjar Widiantoro, asal Kelurahan Cangkrep Kidul, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Kendati harganya relatif mahal dibanding sajadah pada umumnya, namun sajadah yang dibatik dengan tulis tangan itu banyak diminati oleh masyarakat.
Menurut Ganjar Widiantoro, inovasi itu dilakukan untuk memancing minat masyarat menggunakan batik tulis. Tak hanya berkutat pada pakaian, namun ia berupaya untuk mengaplikasikan batik tulis pada sajadah. “Sebab sajadah merupakan salah satu perlengkapan sholat yang banyak dibutuhkan masyarakat pada Bulan Suci Ramadhan,” katanya.
Adapun bahan yang digunakan adalah bahan kain halus dan dihiasi dengan lukisan bertema masjid maupun sulur bunga berwarna-warni yang sangat menarik. Teknik pembuatannya juga dibatik secara tulis manual, sehingga benilai seni tinggi. Batik tulis ini dalam pengerjaannya juga memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi, sehingga wajar jika harganya pun relatif mahal, bila dibandingkan dengan sajadah biasa di pasaran. “Harganya mencapai hingga Rp 125 ribu per lembarnya. Peminat sajadah batik tulis ini relatif cukup tinggi. Baru beberapa hari dijual, sudah ada belasan sajadah batik tulis laku terjual,” imbuhnya.
Meningkatnya permintaan batik berupa kain dan pakaian jadi itu, diakui oleh Ganjar Widiantoro mulai terjadi sejak awal Bulan Suci Ramadhan. Peningkatan permintaan batik itu mencapai 35 persen dari bulan-bulan sebelumnya dan diperkirakan akan terus meningkat hingga Lebaran dan seminggu setelah Lebaran. “Sebelum Lebaran, jenis batik yang banyak dicari berupa pakaian jadi sarimbitan atau pakaian batik berpasangan atau seragam. Sedangkan usai lebaran, yang paling banyak dicari biasanya berupa kain batik untuk oleh-oleh atau cinderamata,” jelasnya.
Lebih jauh dijelaskan oleh Ganjar Widiantoro, bahwa kain batik yang ramai dibeli untuk oleh-oleh para pemudik biasanya batik bermotif asli Purworejo seperti motif adipurwo, yang merupakan motif kontemporer. Motif adipurwo bercirikan motif berupa gambar satwa, buah maupun obyek alam yang merupakan potensi andalan yang ada di Purworejo. Seperti gambar bedug, kambing kaligesing, durian maupun manggis. Sedangkan pecinta batik klasik juga bisa mendapatkan motif klasik asal Purworejo seperti motif sekar jagat, suluran, kopiwutah yang mempunyai corak berbeda dengan batik dari daerah lain.
Salah satu pembeli bernama Siti Sri Lestari, mengaku menggunakan batik sarimbitan atau pasangan untuk keperluan acara silahturahim atau halal bihalal yang sering digelar saat Lebaran. Menurut Siti Sri Lestari, bahwa harga batik tulis tidaklah mahal karena awet dan warnanya tetap menarik walaupun digunakan berulangkali. (Eko Mulyanto)