Pembelajaran abad ke-21 adalah pembelajaran yang membangun kemampuan belajar individu dan mendukung perkembangan mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat, aktif, pebelajar yang mandiri; oleh karena itu guru perlu menjadi ‘pelatih pembelajaran’ – sebuah peran yang sangat berbeda dari guru kelas tradisional. Guru sebagai pelatih pembelajaran akan memberikan bimbingan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dan menawarkan berbagai dukungan yang akan membantu siswa mencapai tujuan belajar mereka. Guru sebagai pelatih pembelajaran akan mendorong siswa untuk berinteraksi dengan pengetahuan – untuk memahami, mengkritisi, memanipulasi, mendesain, membuat dan mengubahnya. Guru perlu memperkuat keingintahuan intelektual siswa, keterampilan mengidentifikasi dan memecahkan masalah, dan kemampuan mereka untuk membangun pengetahuan baru dengan orang lain. Guru di abad ke-21 bukanlah guru yang mahir dalam setiap topik dalam kurikulum, namun harus menjadi ahli dalam mencari tahu bersamasama dengan siswa mereka, tahu bagaimana melakukan sesuatu, tahu bagaimana cara untuk mengetahui sesuatu atau bagaimana menggunakan sesuatu untuk melakukan sesuatu yang baru. Peran penting seorang guru abad ke-21 adalah peran mereka sebagai role model untuk kepercayaan, keterbukaan, ketekunan dan komitmen bagi siswanya dalam menghadapi ketidakpastian di abad ke21.
Penanaman nilai-nilai karakter ini dapat juga dilaksanakan melalui implementasi penilaian sikap ilmiah sains siswa SD karena nilai-nilai yang termuat dalam karakter relevan dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam penilaian sikap ilmiah sains. Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses,kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan Penilaian guru diharapkan dapat mengembangkan soal-soal HOTS secara kreatif sesuai dengan situasi dan kondisi di daerahnya masing-masing
Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik). Misalnya, observasi, yaitu mengamati objek secara langsung untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan anak didik di SD. Eksplorasi, yaitu menjelajahi atau mencari agar anak didik menemukan informasi dari apa yang dicari. Eksperimentasi, yaitu mencoba merekam berbagai gejala alamiah. Karakter yang dibentuk melalui pembelajaran sains yaitu rasa ingin tahu, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, komunikatif, dan tanggung jawab.
Dalam pembentukan karakter, SAINS sangat berpengaruh karena pembelajaran sains berkaitan dengan makhluk hidup, alam, dan lingkungan yang ada di dalamnya. Tujuan pembentukan karakter Sains di SD yaitu siswa dapat mensyukuri ciptaan tuhan, lebih mengenal keadaan lingkungan, menerapkan pengetahuanya yang didapat dari sains ke dalam kehidupan sehari-hari. Kelebihan pembentukan sains di SD yaitu siswa menjadi pribadi yang lebih bersyukur atas segala sesuatu yang ada di alam sekitar. Kekurangan pembentukan karakter SAINS di SD yaitu kesulitan dalam melakukan praktek, ketika observasi peserta didik kurang memahami. Penerapan yang bisa dilakukan dalam pembentukan karakter melalui pembelajaran sains di SD yaitu guru ikut membimbing dalam kegiatan-kegiatan seperti observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi. Pengaruh SAINS dalam pembentukan karakter di dalamnya ada, karena pembelajaran SAINS kaitanya dengan kehidupan sehari hari. Anak SD yaitu masa masa pembentukan karakter dan masih berfikir secara konkrit. Sehingga mereka belajar dengan apa yang mereka lihat secara langsung di alam sekitar. Kesulitan yang dialami dalam pembentukan karakter melalui pembelajaran SAINS di SD ada yaitu ketika siswa tidak dapat mengikuti apa yang kita arahkan. Yang perlu disiapkan guru dalam pembentukan karakter melalui pembelajaran SAINS di SD yaitu materi, media, dan berbagai percobaan yang menarik, kreatif, dan mudah dipahami oleh anak anak usia sekolah dasar.
Oleh: Zauharatul Auliya Asrofah dan Nur Ngazizah, S.Si., M.Pd