
Tematik merupakan terobosan terbaru dalam dunia pendidikan di Indonesia, dimana ditetapkan dalam kurikulum 2013 (K13). Tematik ini tersusun dalam berbagai tema yang di dalamnya terdapat sub – sub tema dengan memuat kompetensi dasar dari berbagai pelajaran yang diikat dengan kompetensi inti. Kompetensi dasar yang menjadi tujuan ketercapaian siswa dalam memahami konsep materi pelajaran. Untuk kompetensi inti ditetapkan oleh pemerintah untuk mencakup tentang kompetensi spiritual, sosial, pengetahuan, dan juga keterampilan. Pembelajaran tematik diharapkan mampu menciptakan generasi yang dapat memahami dan memecahkan permasalahan melalui keaktifan menggali dan menemukan konsep dan prinsip keilmuan.
Pembelajaran tematik juga menggunakan prinsip belajar bermakna bukan hanya menciptakan generasi penghafal saja namun mampu memberikan siswa pengalaman bagi siswa untuk menemukan dan memahami prinsip keilmuan. Penilaian dalam tematik yang tidak hanya pengetahuannya saja, namun juga sikap dan keterampilannya. Sekarang apabila nilai pengetahuan tinggi namun nilai sikap dan keterampilan rendah tetap tidak membuat nilai keseluruhn tersebut tetap tinggi bisa membuat rendah nilai keseluruhan, karena berbagai pertimbangan dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini membentuk siswa yang tidak hanya pintar namun juga membentuk karakter dan keterampilan siswa.
Pembelajaran tematik juga mendorong siswa untuk berpikir Higher Order Thinking Skill (HOTS) sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas kelulusan siswa. Indonesia dalam ranking PISA (Programme for International Student Assessment) yang mengukur tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains untuk siswa sekolah berusia 15 tahun dikoordinasikan oleh OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development)dengan menyajikan soal penalaran dan pemecahan masalah berdasarkan taksonomi bloom tahun 2018 pada kategori matematika peringkat 7 dari bawah yaitu 73 dari 79 negara dengan skor 379, kinerja sains peringkat 9 dari bawah yaitu 71 dari 79 dengan skor 396, dan untuk kategori literasi membaca Indonesia peringkat 6 dari bawah yaitu peringkat 74 dari 79 negara dengan skor 371. Hal ini membuat Indonesia harus membenahi diri dalam pembelajarannya. Pembelajaran tematik merupakan gebrakan terbaru dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas siswa. Secara keseluruhan sangat berbeda dengan kurikulum KTSP yang lalu. Penerapan kurikulum tidak luput dari berbagai kendala. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa dan guru sekolah dasar menyatakan pada awal penerapan banyak mengalami kebingungan.
Penilaian dan tuntutan dalam tematik yang tinggi membuat siswa kewalahan dalam menghadapinya. Penilaian dalam tematik juga disesuaikan dengan kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran ibarat meminum berbagai buah dalam jus yang dicampur, harus mengetahui mana yang rasa mangga atau nanas Menurut beberapa siswa sekolah dasar yang diwawancarai menyatakan bahwa tematik masih membingungkan meskipun pembelajarannya sebenarnya menyenangkan karena banyak pengalaman saat pembelajaran tidak hanya duduk – duduk saja. Di sisi lain, siswa juga menjelaskan kegiatan tematik yang menuntut siswa untuk terus berperan aktif membuat siswa seolah tidak ada waktu untuk bermain.
Di sekolah mereka dituntut untuk aktif dalam belajar dan memahami berbagai konsep – konsep yang disajikan lalu di rumah mengerjakan tugas yang diberikan. Seolah waktu ruang untuk bermain tidak ada. Pembelajaran tematik yang diterapkan di Indonesia seolah menuntut siswa untuk multitalenta. Padahal kemampuan mereka yang beda – beda, tidak boleh disama ratakan. Pemerataan pemikiran pun belum sepenuhnya mememuhi. Hal ini berbeda dengan yang dinyatakan oleh seorang guru di sekolah dasar yang menyatakan bahwa waktu belajar dalam penyampaian pada pembelajaran tematik kurang dan alat peraga atau media pembelajaran guru yang kurang memadai sehingga guru harus membuat ataupun mencari alat peraga atau media pembelajaran sehingga mampu memahamkan materi kepada siswa. Banyaknya tuntutan untuk menyelesaikan ketercapaian dalam pembelajaran juga administrasi.
Guru juga menyatakan bahwa pembelajaran tematik saat transisi antara mata pelajaran satu dan mata pelajaran lainnya mudah dilakukan karena sudah adanya pedoman namun guru benar – benar dituntut untuk kreatif untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan agar siswa tidak jenuh. Perbedaan hasil wawancara dari guru dan siswa ini dapat menjadi acuan perbaikan dalam pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik yang mengedepankan pembentukan karakter untuk peningkatan kualitas siswa yang diterapkan sangat membantu peningkatan kualitas pendidikan, namun di sisi lain guru juga harus mempersiapkan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Tidak hanya itu, namun juga mampu menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar namun tetap memberikan ruang mereka untuk bermain dan berkembang.

Oleh : Shella Fitri Wahyuni, Mahasiswi PGSD Universitas Muhammadiyah Purworejo semester 6