
Berpikir merupakan hal yang abstrak. Berpikir merupakan salah cara manusia untuk menganalisis informasi dan hasilnya dapat digunakan dalam bertindak. Berpikir kritis merupakan cara berpikir yang rasional, terbuka, berdasarkan bukti dan fakta yang ada. Berpikir kritis juga merupakan sikap dewasa untuk menanggapi suatu permasalahan atau pendapat. Namun tidak semua orang dapat berpikir kritis dan banyak orang yang tidak selalu bisa berpikir kritis, untuk itu dibutuhkan minat untuk terus belajar agar dapat berpikir kritis. Setiap hari manusia dihadapkan oleh permasalahan, namun tidak semua permasalahan tersebut berpengaruh bagi manusia itu sendiri. Untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut dibutuhkan persiapan yang matang dan bijaksana. Berpikir kritis merupakan salah satu hal yang harus dimiliki manusia. Berpikir kritis tidak hanya berlaku dalam kegiatan akademik (lingkungan sekolah) namun juga berlaku untuk kegiatan sehari-hari. Seringkali lingkungan tidak mendukung seseorang untuk berpikir kritis. Berpikir kritis adalah proses mengidentifikasi masalah, mengobservasi, menganalisis, mengevaluasi, merefleksikan dan beropini. Untuk meningkatkan berpikir kritis manusia harus senang mencari informasi dan bisa mengambil keputusan.
Berikut manfaat dari mengasah kemampuan berpikir kritis siswa:
- Kemerdekaan berpikir. Sesorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis adalah orang yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.
- Berani melakukan sesuatu atas keputusan sendiri setelah melakukan eksplorasi diri dan evaluasi.
- Percaya diri dengan pendapat diri sendiri dan yakin terhadap keputusan yang akan dibuat.
- Open Minded, seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan mempunyai rasa penasaran yang tinggi terhadap suatu pernyataan untuk memahami secara menyeluruh hal tersebut menjadikan seseorang bisa menerima pendapat orang lain. Orang yang berpikir kritis mempunyai sikap yang baik saat berpendapat walaupun pendapat tersebit bertentangan dengan pendapat pribadi.
- Meningkatkan literasi, literasi tidak hanya bisa didapatkan dari membaca buku saja. Seseorang juga dapat meningkatkan literasi dengan berinteraksi dengan manusia melalui argument ataupun bertukar pendapat.
- Terhindar dari manipulasi, orang yang berpikir kritis tidak menelan bulat-bulat sebuah pernyataan atau kesimpulan sehingga tidak mudah percaya oleh media dan berita palsu.
Seringkali dalam pembelajaran di dalam kelas siswa hanya memperhatikan guru dan mencatat ketika pelajaran. Sementara dengan membiasakan berpikir kritis maka suatu pembelajaran tidak akan berhenti sampai di dalam kelas saja. Berpikir kritis dapat membantu siswa untuk mengevaluasi suatu masalah. Kondisi pandemi seperti ini sedikit menyulitkan tenaga pendidik untuk meningkatkan pola berpikir kritis siswa melalui pembelajaran karena kurangnya interaksi antara guru dengan siswa. “Untuk membangkitkan kemampuan berpikir kritis apalagi di masa pandemi sedikit sulit karena siswa sudah terlalu lama tidur (pembelajaran daring). Pembelajaran kini banyak menggunakan sistem ceramah. Namun jika penugasan di dalam rumah itu bisa berbasis kontekstual dengan memanfaatkan lingkungan sekitar ” ungkap RW Guru
Namun guru dapat menggunakan sumber belajar berupa lingkungan sekitar untuk meningkatkan pola berpikir kritis siswa. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa :
- Guru dapat memberikan topik atau isu yang dimunculkan dalam suatu pembelajaran sehingga dapat melatih siswa untuk berpikir secara objektif. Contoh : siswa di berikan materi tentang kerusakan alam kemudian siswa dapat mengidentifikasi faktor apa yang dapat mempengaruhi atau menyebabkan kerusakan alam.
- Meningkatkan rasa percaya diri. Guru harus melakukan pembelajaran yang menarik akan membuat siswa mau bertanya sehingga kondisi pembelajaran menjadi interaktif. Hal tersebut dapat menjadikan rasa ingin tahu siswa meningkat dan suasana di dalam kelas menjadi lebih hidup. Dengan bertanya dan berdiskusi siswa menjadi jauh lebih paham akan materi yang dipelajari.
- Memberikan kemerdekaan dalam berpikir. Guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan pendapat atau bertukar pendapat dengan temannya terkait topik atau isu tersebut, sehingga siswa dapat menyimpulkan bahwa pendapat tersebut relevan atau tidak.
- Mandiri dalam berpikir adalah suatu sikap berani berpikir sendiri. di kondisi pandemi seperti ini tentunya pembelajaran di sekolah tidaklah seperi dulu. Para siswa dibatasi saat pembelajaran di sekolah. Guru dapat memberikan penugasan berupa indetifikasi masalah dilingkungan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar masing-masing siswa.
- Membangun Pondasi Ilmu. Guru sebaiknya tidak hanya mengajarkan materi di dalam buku saja. Hendaknya guru dapat mengembangkan materi tersebut. Guru juga bisa memangun pondasi ilmu dengan meningkatkan minat baca siswa.
- Mengajak siswa untuk menulis. Salah satu cara mengajarkan siswa untuk berpikir kritis yaitu dengan menulis. Lewat menulis siswa dapat mengkontruksikan suatu pemikiran dahulu sebelum mengambil keputusan atau suatu kesimpulan yang terbaik.
- Memberikan evaluasi untuk membuktikan agar pendapat siswa tersebut valid atau tidak.
- Memperhatikan kondisi siswa. Dalam kondisi pandemi seperti ini kegiatan belajar mengajar masih bisa dilakukan baik saat tatap muka maupun daring. Dalam proses pembelajaran daring dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi zoom.
Semua manusia tidak bisa berpikir kritis setiap saat, namun kita bisa melatih keterampilan berpikir kritis setiap hari. Critical thinking juga memiliki kelemahan, critical thinking cenderung lebih lambat dalam berpikir karena orang yang berpikir kritis merupakan orang yang selalu dapat menyikapi informasi dengan rasional termasuk akal dan empati bukan berpikir dengan cepat tanpa melihat berbagai pertimbangan. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, biasakan untuk memberikan materi kepada siswa dengan sistem diskusi. Diskusi tidak hanya membuat siswa mudah memahami suatu pelajaran namun juga menumbuhkan kedekatan guru dengan siswa. Dengan diskusi dapat melahirkan bukti sebagai dasar mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari.

Ulfa Nurvitasari, Mahasiswa PGSD UM Purworejo