Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa, dan negara (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003). Pendidikan mengacu pada kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah. Di Indonesia sendiri sudah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum. Saat ini kurikulum yang diterapkan yaitu kurikulum 2013 atau lebih dikenal dengan K13. Menampis banyaknya pro dan kontra yang terjadi, pergantian kurikulum pada dasarnya bertujuan untuk lebih menyempurnakan pendidikan di Indonesia.
Kurikulum 2013 nyatanya bukanlah kurikulum baru, tetapi lebih tepat apabila disebut sebagai penyempurnaan dari kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP (M.A. Wirakartakusumah, 2012, hal. 41). Tujian dari K13 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Seiring bergantinya kurikulum, maka pembelajaran pun ikut berubah dimana pada beberapa tahun belakangan hampir di seluruh wilayah Indonesia telah diterapkan konsep pembelajaran tematik, yang mana pembelajaran ini merupakan hal baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pembelajaran tematik itu sendiri merupakan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran. Kegiatan pembelajarannya pun ikut berubah dimana guru harus memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan dan pengembangan yang sesuai dengan kondisi satuan pendidikan dan juga memperhatikan kondisi awal siswa seperti bakat, minat,motivasi belajar, dan kondisi lainnya .
Adapun hal yang menjadi perbedaan dalam penerapan pembelajaran tematik di Kurikulum 2013 adalah implementasi pembelajaran tematik terpadu tidak hanya diterpakan di kelas awal Sekolah Dasar (kelas I-III) saja, tapi diterapkan mulai dari kelas I sampai kelas VI. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran tematik di banyak daerah selama ini dinilai masih belum efektif. Ada permasalahan mengenai ketidakefektifan pembelajaran tematik ini yaitu implementasi pembelajaran tematik pada sekolah dasar dalam kategori tidak efektif lalu mengenai analisis kesenjangan pelaksanaan standar proses pembelajaran temaik di sekolah dasar juga menunjukan bahwa pelaksanaan standar proses pada pembelajaran tematik kelas permulaan SD belum mencapai standar yang dipersyaratkan.
Hal yang menjadi permasalahan dalam persiapan pembelajaran tematik antara lain guru mengalami kesulitan dalam menjabarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator terutama dalam hal menentukan kata kerja operasional yang tepat, guru kesulitan dalam mengembangkan tema dan contoh tema tidak selalu sesuai dengan kondisi lingkungan belajar siswa, guru kesulitan tentang bagaimana cara melakukan pemetaan bagi Kompetensi Dasar yang lintas semester dan Kompetensi Dasar yang tidak sesuai dengan tema, beberapa contoh silabus pembelajaran tematik yang ada sangat beragam pendekatannya sehingga menimbulkan masalah dan keraguan untuk menggunakan, guru kesulitan dalam merumuskan keterpaduan berbagai mata pelajaran pada langkah pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain itu permasalahan penilaian pembelajaran tematik guru juga mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian bagi siswa kelas 1 yang belum lancar membaca dan menulis, Penilaian lisan, unjuk kerja, tingkah laku, produk maupun portofolio sudah dilakukan namun jarang didokumentasikan. Guru masih kesulitan membuat instrumen penilaian unjuk kerja, produk dan tingkah laku, sehingga cenderung lebih suka menggunakan penilaian tertulis, guru masih kesulitan menentukan Kriteria ketuntansan Minimal, Guru juga menemui kesulitan dalam cara menilai pembelajaran tematik, karena rapor siswa menggunakan mata pelajaran, Hal ini pun di pertegas dalam draft kurikulum 2013 yang menyebutkan “permasalahan dalam pembelajaran tematik yaitu tidak ada kompetensi inti yang mengikat semua mata pelajaran dan warna mata pelajaran sangat kental bahkan berjalan sendiri-sediri dan saling mengabaikan”. Menimbang urgensi penerapan pembelajaran tematik terpadu tersebut, maka perlu diadakan perbaikan-perbaikan dalam implementasi tematik terpadu di Sekolah Dasar.
Penulis : Rizki Anita Bella
Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Instansi : Universitas Muhammadiyah Purworejo