
Negara-negara di dunia, tengah dikejutkan dengan wabah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus bernama corona atau lebih dikenal dengan istilah Covid-19 (Corona Virus Disease-19). Wabah virus ini memang penularannya sangat cepat menyebar keberbagai negara di dunia. Sehingga oleh World Health Organization (WHO), menyatakan wabah penyebaran virus covid-19 sebagai pandemic dunia.
Sebagai dampak dari pandemi covid-19 ini, menyebabkan diterapkannya berbagai kebijakan untuk memutus rantai penyebaran virus covid-19 di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah, yaitu social distancing himbauan untuk menjaga jarak diantara masyarakat, menjauhi aktivitas dalam segala bentuk kerumunan, perkumpulan, dan menghindari adanya pertemuan yang melibatkan banyak orang, Work From Home (WHO) yaitu pekerjaan diselesaikan dari rumah. Pendidikan di Indonesia pun menjadi salah satu bidang yang terdampak akibat adanya pandemi covid-19 tersebut.
Menurut saya pribadi, untuk sekarang ini sekolah tatap muka masih tidak efektif untuk dilaksanakan. Ditengah peningkatan kembali kasus Covid-19 menjadi alas an mengapa saya menganggap sekolah tatap muka tidak efektif dilaksanakan pada awal tahun 2021. Pembelajaran tatap muka menjadi tidak efektif dan efisien karena saya menilai kebijakan pemerintah yang membuka sekolah padaJanuari tahun depan tidak realistis. Dasarnya karena positivity rate atau tingkat penularan virus corona di Indonesia masing tinggi. Banyak juga terdapat berita yang mengabarkan bahwa hanya banyak siswa yang tertular virus yang tak kasat mata ini. Salah satusekolah di Jawa Tengah menjadi klaster baru penyebaran Covid-19. Lebihdari 10 orang terpapar Covid-19 setelah pelaksaan simulasi sekolah tatap muka yang dilakukan disalah satu sekolah di Jawa Tengah. Menurut saya, hal ini tidak bias dilaksanakan secara buru-buru karena Covid-19 merupakan hal yang serius. Pengawasan untuk kuliah tatap muka tidak bias hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi perlu dari pihak-pihak lain juga. Sekolah yang notabene siswanya masih berada disatu wilayah saja terdampak banyak sekali siswa yang terpapar virus Covid-19, apalagi kampus yang mahasiswanya berasal dari berbagai macam daerah. Kita perlu adaptasi lebih di lingkungan baru dan kebiasaan baru di tengah pandemi Covid-19. Adaptasi di era New Normal ini bias dikatakan sulit, terlihat dari banyakny amasyarakat yang masih sering keluar rumah untuk urusan yang kurang penting, dan kurangnya kesadaran untuk mematuhi protocol kesehatan.
Dengan adanya pembatasan interaksi, Kemendikbud mengeluarkan kebijakan meliburkan sekolah dan mengganti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan system Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Permasalahan yang saya lihat selama ini yaitu akses informasi yang terkendala oleh jaringan yang menyebabkan lambatnya dalam mengakses informasi, siswa mengeluh karena tugas yang diberikan oleh guru lebih banyak dari pembelajaran tatap muka, penerapan pembelajaran online juga membuat pendidik berpikir kembali, mengenai model dan metode pembelajaran yang akan diterapkan.
Hikmah pembelajaran jarak jauh yang diterapkan saat ini, yaitu siswa maupun guru mendapatkan kuota internet gratis guna menunjang pembelaran sekolah, siswa maupun guru dapat menguasai teknologi untuk menunjang pembelajaran daring. Di era disrupsi teknologi yang semakin canggih ini, guru maupun siswa dituntut agar memiliki kemampuan dalam bidang teknologi pembelajaran, kebijakan WFH, maka mampu memaksa dan mempercepat mereka untuk menguasai teknologi pembelajaran secara digital sebagai kebutuhan bagi mereka.
Melihat kenyataan di atas maka kebijakan pebelajaran online segera untuk dapat ditinjau ulang. Jikapun diberlakukan tatap muka, pihak sekolah wajib hukumnya untuk dapat memastikan bahwa protocol kesehatan dilakukan oleh guru dan siswa dengan benar. Sarana pendukung dan aturan pemberlakuan kewajiban atas protocol kesehatanpun harus ada dan ketat. Syarat lain di antarany aadalah kapasitas maksimal kelas yang harus dipenuhi untuk memastikan bahwa ada jarak antar siswa. Oleh karenanya perlu dilakukan inventarisasi terhadap anak didik yang tidak mempunyai sarana pembelajaran online, ketidak mampuan anak didik untuk mengikuti sistem online, kondisi sinyal di wilayah anak didik tinggal serta kerelaan orang tua untuk anaknya diberikan pembelajaran tatap muka.
Dengan tidak seimbangnya antara ruang yang tersedia dan jumlah siswa dengan adanya pembatasan kapasitas kelas, maka dengan telah adanya hasil inventarisasi kondisi murid diatas dapat dilakukan system pembelajaran kombinasi, yaitu pada saat yang bersamaan sebagian siswa dengan kondisi tertentu mengikuti pembelajaran dengan tatap muka dan dengan kondisi tertentu yang lain dengan sistem online. Yang paling penting yaitu tetap memerhatikan protocol Kesehatan.
Dengan pernyataan diatas, saya sebagai generasi penerus bangsa ingin mendidik siswa yang keterbatasan tekhnologi dalam pembelajaran daring dirumah karena akbiat Covid-19. Mendatangi murid yang keterbatasan tekhnologi saya mengajar dengan cara tatap muka dirumah. Tatap muka tersebut saya mengajarkan kepada murid tentang mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. Dalam pembelajaran tersebut saya menggunakan aplikasi gambar untuk mengajar pada anak-anak tersebut,suasana saat pemebelajaran sangat lancar dan serius. Anak-anak tersebut sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran tersebut karena setelah sekian lama tidak sekolah akhirnya bisa juga belajar dengan tatap muka walaupun dirumah. Dalam pembelajarn mata pelajaran ilmu pengetahuan alam saya menjelaskan dan menerangkan apa itu ilmu pengetahuan alam,didalam pembelajaran tersebut saya jenis jenis tumbuhan dan maanfaatnya. Anak –anak tersebut sangat pandai dan hebat dalam mengerjakan soal latihan yang saya buat untuk mereka. Dalam musibah adanya wabah corona ini kita dapat mengambil hikmahmnya dalam pembelajaran online atau daring.

Oleh : Suyati Prihatin