Warung Kopi Klotok merupakan salah satu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berada di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik Warung Kopi bernuansa pedesaan ini adalah Yani, seorang perempuan berjiwa bisnis yang tinggal di sekitaran Warung Kopi Klotok. Setidaknya ada 3 usaha yang dirintisnya selama ini, yaitu meliputi Warung Kopi Klotok, Kopi Bukan Luwak dan Artomoro. Warung Kopi Klotok yang terkenal dengan suasana pedesaan dan ciri khas Pisang Goreng-nya yang sangat lezat itu, ternyata tidak membuka cabang dimanapun.
Diungkapkan oleh Perwakilan Pemilik Warung Kopi Klotok, Prita, bahwa pada awal berdirinya usaha itu sepertinya tidak ada kendala yang sangat berarti, mungkin hanya hal-hal kecil untuk beradaptasi. Warung Kopi Klotok sendiri selalu ramai pengunjung bahkan para pejabat dan artis sering berkunjung ke sana.
Sedemikian terkenalnya hingga mampu membawa dampak positif bagi warga daerah sekitar, utamanya terbuka peluang kerja baru di sana. Bahkan saat ini Warung Kopi Klotok mampu menyerap tenaga kerja hingga kisaran 70 orang. Salah satu jurus jitunya adalah dengan selalu mempertahankan cita rasa dan suasananya, menjadikan orang yang pernah datang akan tertarik untuk datang kembali ke sana.
Hingga akhirnya datanglah Pandemi Covid-19 yang mampu memporakporandakan berbagai sektor, termasuk di dalamnya sektor perekonomian. Belum lagi Pandemi Covid-19 sudah berlangsung kurang lebih satu tahun lamanya namun tak kunjung membaik.
Berbagai cara telah dilakukan untuk menangani Pandemi Covid-19, akan tetapi masih saja banyak orang terpapar virus mematikan itu. Tidak hanya sekedar sakit namun berdampak hingga kematian. Bukan hanya berdampak buruk bagi kesehatan namun juga berimbas pada penurunan daya beli masyarakat yang cukup signifikan.
Permasalahan ini tentunya sangat merugikan untuk kehidupan masyarakat. Dampak tersebut salah satunya juga dialami oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) termasuk di dalamnya Warung Kopi Klotok ini. Selama Pandemi Covid-19 omset Warung Kopi Klotok mengalami penurunan yang sangat drastic. Belum lagi saat kasus Covid-19 memuncak, Warung Kopi Klotok harus menelan pil pahit dengan tutup hampir 3 bulan lamanya. Tutupnya Warung Kopi Klotok tentu berdampak negatif bagi pemilik, pekerja dan warga sekitar, karena penghasilan mereka menurun drastis.
Masih menurut Perwakilan Pemilik Warung Kopi Klotok, Prita, bahwa banyak suka duka maupun tantangan yang harus dihadapi. Seperti saat mulai diperbolehkan untuk membuka kembali Warung Kopi Klotok, langsung kebanjiran pengunjung utamanya di hari-hari weekend, pengunjung yang datang bisa sampai dua kali lipat bila dibandingkan di hari biasa. Lantas muncul tantangan baru tentang bagaimana caranya untuk melakukan social distancing, bila pengunjung sangat ramai seperti itu.
Salah satu solusi yang diambil adalah dengan membagi tugas untuk masing-masing pegawai guna memastikan pemberlakuan protokol kesehatan di area Warung Kopi Klotok. Mulai dari tugas mengecek suhu badan, menjaga kebersihan warung, memastikan penerapkan protokol kesehatan lebih ketat, dan mematuhi pemabatasan jam buka yang telah digariskan oleh pemerintah sehingga harus tutup tepat waktu. Setidaknya kelonggaran yang diberikan oleh pemerintah untuk bisa lagi berjualan menjadi nafas baru bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah, seperti Warung Kopi Klotok ini untuk berkembang serta mampu bersaing kembali guna menutup kerugian yang dialami selama Pandemi Covid-19. (*)
Oleh: Siti Fatimah
Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa Yogyakarta