Sudahkah pernah mendengar atau belum tentang Metode Blanded Learning? Metode satu ini mulai muncul seiring perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih. Terlebih di situasi pandemi seperti saat ini, Metode Belajar Blanded Learning ternyata, kini semakin booming.
Pada dasarnya, Blended Learning adalah sebuah metode pembelajaran yang menggabungkan antara Metode Konvensional atau interaksi tatap muka di dalam kelas dengan aktivitas virtual (online). Metode ini akan membuat proses belajar anak menjadi lebih variatif, menarik, dan menyenangkan bagi siswa.
Materi pelajaran akan dipersiapkan oleh guru atau pendidik dengan menggunakan alat multimedia kreatif dan disajikan melalui media online. Biasanya, siswa dapat mengakses konten online ini kapan saja dan dimana saja. Kemudian, siswa akan dilibatkan dalam berbagai kegiatan interaktif seperti diskusi, debat, presentasi lisan, atau tanya jawab.
Penyajian Blended Learning sangat erat dengan gadget atau teknologi. Dari segi kemampuan, anak zaman sekarang telah banyak yang mahir menggunakan gadget, bahkan sebelum usia pra-sekolah. Namun, penggunaan teknologi ini harus benar-benar diperhatikan. Jika salah dalam menggunakannya, maka bukannya belajar, tetapi anak justru hanya bermain gadget.
Agar penerapan Blended Learning tepat sasaran, maka guru harus memahami karakteristik peserta didiknya. Anak-anak memiliki daya konsentrasi yang berbeda-beda, sehingga jangan sampai belajar membuatnya menjadi jenuh atau tertekan. Sama seperti Metode Pembelajaran Konvensional (hanya tatap muka), Blended Learning juga harus diberi waktu jeda antara satu materi dengan materi lainnya agar anak tidak jenuh. Selain itu, bisa juga diberi waktu untuk istirahat sementara sampai kemudian dilanjutkan kembali.
Meskipun sudah menggunakan aplikasi pembelajaran online yang canggih seperti Zoom Meeting untuk pelaksanaan pembelajaran Blanded Learning, jika gurunya hanya ceramah maka pembelajaran tidak akan efektif. Akan tetapi, jika metode pembelajaran ini dikombinasi dengan praktikum atau interaksi langsung dengan para siswa akan dinilai lebih efektif.
Penerapan Blended Learning ini juga haruslah tepat sasaran, sehingga guru wajib memahami karakter dari para siswa. Pada pengembangan model pembelajaran Blended Learning, pendidik perlu mengembangkan langkah-langkah pembelajaran yang tepat dalam suatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan kompetensi dasar-kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
Pengembangan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model Blended Learning perlu dirancang dengan baik oleh oleh pendidik agar peserta didik tidak merasa kesulitan secara teknis. Ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum mengimplementasikan Blanded Learning dalam kelas, diantaranya yaitu menyiapkan materi-materi yang ingin disampaikan atau dibahas dan jenis platform yang akan digunakan. Tak jarang, pendidik juga perlu memberikan tutorial penggunaan platform yang akan digunakan karena tidak semua peserta didik sudah mahir dalam mengoperasikannya.
Penerapan Blended Learning pada kegiatan belajar mengajar di kelas tidak serumit yang dibayangkan. Tetapi, pelaksanaannya membutuhkan kerja sama penuh antar instrument pendidikan. Guru, staf sekolah, siswa, hingga orang tua siswa, semuanya harus memegang peranan yang sangat krusial.
Jika salah satu instrumen saja tidak memiliki paham yang sama, maka pelaksanaan Blended Learning dapat dipastikan tidak berjalan lancar. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang telah ada bukan untuk ditakutkan. Sudah saatnya kita mencoba untuk merangkul sisi positif dari TIK dalam sistem pendidikan Indonesia untuk masa depan yang lebih cerah. Blended Learning adalah jembatan untuk mewujudkan kolaborasi tersebut. (*)
Oleh : Nadia Nurzakia
Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo.