
Di era globalisasi seperti saat ini setidaknya muncul dua dampak, atas pesatnya perkembangan teknologi modern yang ada, yakni dampak positif dan dampak negatif. Seperti pisau bermata dua, sama-sama tajam, pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi bisa dikatakan sebagai sebuah harapan, namun juga bisa dikatakan sebagai sebuah bahaya yang cukup mengerikan.
Dilihat dari sisi dampak positifnya bisa dikatakan bahwa teknologi modern yang semakin canggih, dapat membantu dan mempermudah pekerjaan manusia. Karena segala sesuatu yang dibutuhkan sangat mudah didapat dan sudah tersedia. Misalnya perkembangan gadget atau handphone, saat ini semua orang mudah bisa mendapatkan dengan kualitas terjamin dan harga terjangkau, bahkan hampir setiap hari selalu ada perubahan dan penambahan versi-versi terbaru.
Perkembangan pada era globalisasi ini terdapat banyak inovasi-inovasi teknologi terbaru. Banyak pula muncul media sosial dengan versi dan fungsi yang berbeda-beda. Sehingga membuat warga masyarakat menjadi penasaran dan ingin mencoba menggunakan berbagai macam media sosial tadi. Tak terelakkan salah satunya termasuk anak-anak berusia dini yang telah diberikan fasilitas gadget ikut berselancar di media sosial di dunia maya.
Dalam kehidupan anak, penggunaan media komunikasi sebagai bagian dari teknologi informasi, bisa bermanfaat apabila digunakan untuk melakukan hal-hal yang baik, seperti mencari bahan pelajaran sekolah, diskusi mata pelajaran, dan belajar jarak jauh. Namun dapat juga mengarah kepada hal-hal negatif lainnya yang justru berdampak pada perilaku anak.
Belum lagi pengaruh datang dari lingkungan sekitar, seperti keluarga, teman, atau di sekolah. Beberapa anak akan mudah terpengaruh atau meniru pemberitaan yang telah dilihat dan didengarkan oleh mereka. Dengan perkembangan teknologi, tak heran jika anak-anak jaman sekarang lebih cepat menangkap informasi dengan gadget. Maka dari itu peran orang tua dan tenaga pendidik sangat dibutuhkan untuk perkembangan anak.
Dari berbagai sumber menyebutkan bahwa dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan gadget dan media sosial terhadap perilaku anak usia dini diantaranya anak menjadi ketergantungan dengan gadget, sebab anak-anak umumnya hanya peduli pada hal-hal yang mereka anggap menyenangkan atau menguntungkan saat ini, seperti dengan adanya games atau media sosial. Semakin banyak yang dikonsumsi, semakin banyak pula keinginan untuk terus menambah lagi. Mereka tanpa sadar akan terdorong untuk menonton video-video yang lain, bermain game hingga level tertinggi, atau menggunakan aplikasi media sosial terus menerus. Mereka belum mampu berpikir secara jangka panjang dan menganalisa dampak positif atau negatif yang dapat mereka alami di kelak kemudian hari. Karena itu, mereka cenderung memainkan gadgetterus menerus tanpa mampu menentukan batasan untuk diri sendiri tanpa bantuan orang dewasa di sekitarnya.
Kemudian anak akan menjadi susah dikendalikan, karena anak yang sibuk dengan gadget menjadi tempramen atau pemarah jika tidak memegang gadget. Anak menolak untuk berhenti bermain gadget meski orang tua telah memintanya berhenti. Pada saat tertentu anak juga dapat bermain gadget secara diam-diam tanpa sepengetahuan orang tua. Memaksimalkan setiap kesempatan agar bisa bermain gadget lebih lama dan cenderung berbohong kepada orang tua. Untuk itu, orang tua perlu waspada dalam mengawasi anak.
Terjadi penurunan prestasi di sekolah. Ketika seorang anak terlalu banyak menggunakan gadget, ia akan mengandalkan gadget untuk mengerjakan berbagai hal, atau lebih senang berimajinasi seperti tokoh game yang sering dimainkan dengan gadget-nya. Hal ini menyebabkan konsentrasi anak menjadi lebih pendek, dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Ini dapat menyebabkan anak sulit berkonsentrasi saat belajar, yang berdampak pada penurunan prestasi di sekolah.
Lantas dampak buruk lainnya anak cenderung malas untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Apabila anak sudah sampai di rumah, hal yang sering dilakukan sepulang sekolah yaitu memegang gadget. Dengan adanya hal yang mereka anggap lebih menyenangkan, membuat anak malas mengerjakan berbagai aktivitas dan cenderung orang tua harus terus-menerus meminta anak agar berhenti bermain gadget yang membuat anak menjadi sering uring-uringan.
Jika semakin parah maka anak akan cenderung malas sekolah. Sebab kurangnya kesiapan anak dalam menghadapi permasalahan dikarenakan lebih mengandalkan gadgetdaripada mencari solusi dengan cara dan ide yang dimiliki sendiri. Sehingga arena teknologi membuat anak kurang produktif, kurang sabar dalam mengerjakan tugas sekolah, dikarenakan selalu menggunakan mesin pencari (search enginee) yang memudahkan anak untuk copy paste. Hal tersebut membuat anak menyepelekan dan menjadi malas untuk belajar atau bahkan pergi ke sekolah.
Banyak kasus anak usia dini yang terjadi saat ini, anak usia dini sudah terlibat kasus hukum karena mencelekai temannya hingga meninggal dan melakukan pelecehan seksual yang dikarenakan menonton videoyang tidak patut untuk dikonsumsi usia dini. Bahkan mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi selalu sibuk dengan gadget dan ini menjadi gangguan terbesar bagi anak kedepannya.
Tak kalah bahayanya adalah terkena radiasi yang ditimbulkan oleh gadget dapat mengganggu kesehatan dan perkembangan anak. Dimana seharusnya anak disibukkan dengan aktifitas bergerak seperti bermain, berolahraga, dan aktifitas lainnya yang membantu perkembangan motorik anak, justru hanya berdiam diri asik dengan gadgetnya. Dunia anak saat ini telah jauh berbanding terbalik dengan anak-anak pada era 90-an, dimana dalam dunia anak-anaknya masih sangat kental dengan bermain di lapangan, berkumpul dengan teman-teman dan mencari solusi setiap permasalahan soal di sekolah dengan membaca buku ataupun aktif bertanya kepada pengajar. Namun anak usia dini saat ini lebih asik untuk bermain gadget.
Untuk mencegah anak mendapatkan efek negatif dari gadget, tentunya diperlukan peranan orangtua di dalamnya. Pembatasan penggunaan gadget menjadi faktor penting untuk mengurangi efek negatif penggunaan gadget pada anak.
Ada beberapa pilihan bagi orang tua dalam menyikapi dampak negatif penggunaan gadget, diantaranya aktif memahami dunia anak, misalnya memberitahukan ada hal menarik seperti permainan tentang pendidikan.
Membuat kesepakatan waktu penggunaan gadget berdasarkan usia anak. Seperti membuat batasan jumlah waktu yang anak habiskan di internet. Juga membuat kesepakatan mengenai anak harus minta izin orang tua untuk mengunduh atau membeli game online atau film.
Diperlukan perhatian, kasih sayang, komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, antara guru dan siswa, menjadi rem pengendali sikap sembunyi-sembunyi anak saat mereka melakukan tindakan di luar kebiasaan atau yang melanggar komitmen dan kesepakatan sebelumnya. Juga diperlukan untuk menjadi role model bagi anak sebagai contoh yang baik dalam menggunakan gadget.
Mengalihkan perhatian anak. Misalnya dengan membuat kegiatan menyenangkan di luar rumah, bermain, berkebun, berolahraga bersama dan sejenisnya. Aktivitas yang melibatkan anggota keluarga di luar ruangan akan membuat anak sedikit bisa melupakan gadgetnya. Ajak anak beraktivitas seru dan berhenti sejenak.
Memperbanyak waktu bersama anak menjadi sesuatu hal yang sangat penting dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Terkadang hal yang membuat anak akhirnya sibuk bermain gadget adalah karena orang tua tak ada bersama mereka. Sibuk kerja, sibuk bisnis, sibuk aktivitas yang lain. Apalagi jika anak tinggal bersama pengasuh, maka mainan sehari-hari sudah pasti gadget. Tingkatkan intensitas waktu bersama anak agar anak merasa diperhatikan.
Tak kalah pentingnya, cobalah mengajak anak untuk berbicara dari hati ke hati, bukan memarahimya. Jangan sampai menggunakan kekerasan terhadap anak, berikan nasehat dengan tata bahasa yang lembut.
Orang tua berperan penting dalam perkembangan anak usia dini, khususnya anak di bawah usia lima tahun. Salah satu upaya orang tua dalam memberikan pendidikan bagi anak dalam keluarga di era digital seperti sekarang adalah dengan memberikan pendampingan dalam penggunaan teknologi bagi anak. Nah itu dia masalah khas pada anak Sekolah Dasar atau anak usia dini beserta solusinya. (*)

Oleh : Nur Latifatun Nikmah
Penulis Adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo.