Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi melaju begitu cepat ke semua sektor kehidupan. Bahkan perkembangannya diperkirakan lebih pesat dari perkiraan semula. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi wadah alternatif untuk proses kegiatan belajar mengajar. Namun, kita perlu tahu bahwa pembelajaran apa yang cocok untuk di lingkungan pedesaan atau perkotaan. Di masa Pandemi Covid-19 ini, pendidikan sangatlah terpengaruh, pembelajaran menjadi kurang efektif apalagi diterapkan untuk anak jengjang sekolah dasar, dimana masih minim pengetahuan tentang teknologi informasi dan komunikasi. Untuk mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut, ditawarkanlah Model Pembelajaran Blended Learning.
Model Pembelajaran Blended Learning adalah model pembelajaran yang menggabungkan strategi pembelajaran tatap muka di ruang dan startegi pembelajaran jarak jauh atau sekarang ini lebih familier menyebutnya online. Penerapan pada Model Pembelajaran Blanded Learning merupakan salah satu cara inovatif dalam masa Pandemic Covid-19, dengan penerapan campuran tersebut diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran.
Pembelajaran berbasis Blanded Learning bertujuan untuk memfasilitasi terjadinya pembelajaran dengan menyediakan berbagai sumber bahan ajar dengan memperhatikan karakteristik pembelajaran dalam belajar. Pembelajaran berbasis Blended Learning merupakan salah satu pilihan yang baik untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang lebih besar dalam berinteraksi antar pendidik dan peserta didik dalam proses belajar yang beragam.
Pada prinsipnya, penerapan dari Blanded Learning ini adalah mengkombinasikan antara kegiatan belajar mengajar secara konvensional atau secara tatap muka dengan kegiatan pembelajaran daring yang dilakukan menggunakan berbagai jenis platform digital. Media pembelajaran digital yang berupa zoom, google meet, google classroom kemudian whatsapp dalam grup telah digunakan dalam proses pembelajaran daring ini.
Dilihat dari situasi serta kondisi yang ada hal yang menjadi tantangan dalam pembelajaran blanded learning ini, di jenjang sekolah dasar dan hal ini perlu perhatian khusus bagi sekolah maupun pemerintah. Kemampuan guru dalam menguasai berbagai teknologi pada proses pembelajaran Blanded Learning sangatlah menjadi acuan dalam keberhasilan pembelajaran. Sekolah haruslah menyiapkan materi-materi dalam bentuk digital yang nantinya akan diunggah ke aplikasi-aplikasi digital sebagai materi yang akan dipelajari siswa secara online. Selain itu perlu adanya keterlibatan orang tua dimana siswa SD perlu diawasi atau diberi batasan dalam penggunaan teknologi ini.
Jika kita terapkan model ini dalam kegiatam pembelajatan di sekolah perkotaan dimungkinkan akan mendapatkan hasil dengan keefektifan dan juga keefisienan yang besar dalam pencapaian tujuan keberhasilan sebuah pembelajaran. Hal ini dikarenakan pengetahuan baik guru, siswa, maupun orang tua dalam penggunaan teknologi sudah merata. Teknologi dan akses internet yang mudah diakses membuat Blanded Learning bisa diterapkan diperkotaan.
Tujuan menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi efektif dan efisien nyatanya jika kita lihat, di sekolah pedesaan justru mereka menemui berbagai macam kendala dan jusrtu metode ini malah menyulitkan guru, siswa, bahkan orang tua. Kebutuhan media di sekolah yang sangat beragam membuat Blanded Learning ini susah diterapkan di daerah yang tidak meliliki sarana dan prasarana yang kurang mendukung. Kemudian fasilitas yang dimiliki oleh siswa terkadang tidak merata seperti akses internet, jika desa tempat tinggal terlalu terpencil dan juga tidak memiliki kamputer maupun ponsel untuk mengakses aplikasi pembelajaran. Adapula kurangnya atau ketidak tahuan orang tua dan masyarakat mengenai penggunaan teknologi yang ada.
Dari sini, kita mengetahui bahwa tidak ada model pembelajaran yang sempurna dan efektif, pastilah ada kekurangan dan kelebihan. Tapi kita bisa mensiasati segala kekurangan itu dengan menyediakan segala sarana dan prasarana yang bisa menambahkan panduan dalam penggunaan teknologi, agar bisa mendukung kegiatan pembelajaran dengan model yang akan kita gunakan. (*)
Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Data Penulis:
1. Nama : Widiyah Tri Ramadani
NIM : 202180067
Kelas : 4B
Dosen Pengampu : Titi Anjarini, M.Pd.
Mahasiswa Jurusan : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purworejo
2. Nama : Herlina Wulandari
NIM : 202180071
Kelas : 4B
Dosen Pengampu : Titi Anjarini, M.Pd.
Mahasiswa Jurusan : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purworejo
3. Nama : Alva Faza Dawam
NIM : 202180078
Kelas : 4B
Dosen Pengampu : Titi Anjarini, M.Pd.
Mahasiswa Jurusan : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purworejo
4. Nama : Yoga Umar Toqweka
NIM : 202180080
Kelas : 4B
Dosen Pengampu : Titi Anjarini, M.Pd.
Mahasiswa Jurusan : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purworejo
5. Nama : Martina Angely
NIM : 202180121
Kelas : 4B
Dosen Pengampu : Titi Anjarini, M.Pd.
Mahasiswa Jurusan : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purworejo