
Disusun oleh: Esafani A., Fuad Al, Selvi K., Septy W., Syifa A., Suyati Prihatin
Pendidikan adalah salah satu indikator utama dalam melihat maju mundurnya sebuah bangsa. Tanpa penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas maka cita-cita untuk menjadi bangsa yang maju dan berperadaban hanyalah isapan jempol belaka. Pendidikan pula memiliki tanggungjawab untuk mengembangkan karakter anak bangsa, karena salah satu tugas dari pendidikan yaitu untuk mewariskan nilai-nilai luhur bangsa dan para leluhur.
Pada era sekarang ini pembelajaran di sekolah dasar menggunakan pembelajaran tematik, dimana pada kegiatan pembelajarannya menggabungkan beberapa mata pelajaran dalam satu kegiatan pembelajaran. Pada saat pendemi melanda, kegiatan pembelajaran berada dalam fase pontang-panting dimana pada pembelajaran daring yang dilaksanakan ternyata menimbulkan banyak kekurangan dan keterbatasan yang harus dihadapi oleh guru.
Diantaranya yaitu, pertama guru tidak berpikiran secepat ini harus menggunakan pembelajaran secara daring, walaupun ada upaya ke arah tersebut, namun tidak terpikirkan akan secepat ini.
Kedua, tidak semua guru memiliki keterampilan literasi digital yang sama, ada guru yang relative lebih mampu beradaptasi, namun ada pula yang tidak mampu beradaptasi, sehingga mereka mengalami kesulitan untuk pembelajaran secara daring.
Ketiga, tidak semua guru dan siswa memiliki perangkat minimal yang bisa digunakan, sehingga pembelajaran daring sulit untuk dilakukan.
Keempat, kualitas koneksi dan ketersediaan paket data yang masih terbatas, dan membutuhkan biaya yang besar, sehingga hal ini menjadi kendala. Belum lagi permasalahan pendekatan tematik integratif dengan penilaian autentiknya pada kurikulum 2013, yang pada kondisi normal saja sulit untuk dipahami dan dilaksanakan oleh guru apalagi dalam kondisi pembelajaran jarak jauh. Ketercapaian kompetensi siswa pada masa pendemi dulu tidak dapat tercapai secara luas, hanya terbatas saja yang mungkin dapat dicapai.
Pada era sekarang ini dimana kegiatan pembelajaran sudah diperbolehkan untuk tatap muka, sehingga keputusan ini dapat sedikit demi sedikit mendongkrak pendidikan yang dimana sudah menjadi hal yang miris sewaktu pendemi. Meskipun pembelajarannya masih berupa bleanded learning yaitu menggabungkan pembelajaran secara langsung dan daring. Meskipun begitu, kebijakan tersebut sangat membantu para pendidik untuk dapat mengembalikan pendidikan seperti sebelumnya.
Dengan demikian, di masa sekarang ini (setelah pendemi), juga terdapat kebijakan yang baru. Yaitu akan diterapkannya kurikulum merdeka, dimana nantinya peserta didik diberikan kebebasan untuk lebih mengembangkan potensinya dalam akademik, namun demikian tidak terlepas dari pantauan seorang pendidik.
Bagi seorang pendidik, kurikulum yang nantinya akan ditetapkan juga dapat meringankan beban seorang pendidik, karena adanya penyederhanaan bahan ajar, namun demikian tidak melepaskan suasana pembelajaran yang menarik. Kemudian manfaat bagi peserta didik, nantinya peserta didik bebas untuk mengekspresikan dirinya dalam berdiskusi, dan berpendapat. Dari ulasan yang telah disampaikan tentunya kebijakan-kebijakan yang baru, diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya menyusahkan tenaga pendidik dan peserta didik.
Dengan demikian pendidikan di pasca pandemi sudah dipersiapkan oleh pemerintah dengan sebaik mungkin. Banyak sekali program-program dari pemerintah untuk menghadapi kegiatan pembelajaran setelah pandemi seperti memberikan optimalisasi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), scale up pengimbasan sekolah penggerak serta penguatan Profil Pelajar Pancasila melalu metode pembelajaran daring, luring, dan bisa juga project based learning. Setelah terjadinya pandemi diharapkan dalam kegiatan pembelajaran bisa memanfaatkan teknologi dengan maksimal sebagai pendorong sumber belajar.
Upaya untuk menstabilkan perubahan dari pembelajaran daring ke pembelajaran luring bisa diterapkan dengan beberapa upaya yaitu, memperbaiki infrastuktur di bidang pendidikan, relokasi anggaran pembelajaran tatap muka, penambahan fasilitas untuk sekolah, melakukan vaksinasi terhadap tenaga kependidikan, serta perluasan digitalisasi sekolah. Namun disaat kita sudah memasuki kehidupan pasca pandemi kita tetap harus menerapkan kebiasaan-kebiasaan baik yang menimbulkan dampak positif bagi dunia pendidikan. Dalam pendidikan guru harus belajar dan berbagi, kemudian melakukan pembelajaran melalui project based learing. (*)
Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Data Penulis:
1. Nama : Septy Widyati
Mahasiswa Jurusan : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purworejo
2. Nama : Esafani Auraningtyas
Mahasiswa Jurusan : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purworejo
3. Nama : Fuad Al Haris
Mahasiswa Jurusan : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purworejo
4. Nama : Selvi Kurnianingsih
Mahasiswa Jurusan : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purworejo
5. Nama : Syifa Apriyanti
Mahasiswa Jurusan : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purworejo
6. Nama : Suyati Prihatin