
Oleh: Ika Nurul Afifatus Sa’idah, Esti Widi Nugrahaini, Titi Anjarini, M.Pd.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) Mendeskripsikan pengertian model discovery learning pada pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar menurut pandangan ahli, 2) Mendeskripsikan langkah-langkah model discovery learning pada pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar menurut para ahli, dan 3) Mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan model discovery learning pada pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar menurut para ahli. Jenis penelitian yang digunakan peneiliti ialah menggunakan penelitian kualitatif dengan metode observasi dan wawancara. Model pembelajaran Discovery Learning adalah angkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis, sehingga mereka dapat menemukan sendiri. Langkah-langkah model discovery learning ialah 1) Stimulation (Pemberian rangsangan/stimulus), 2) Problem Statement (Pernyataan/identifikasi masalah), 3) Data Collection (Pengumpulan Data), 4) Data Processing (Pengolahan Data), 5) Verification (Pembuktian), 6) Generalization (Menarik Kesimpulan/generalisasi). Hasil penelitian diharapkan penggunaan model discovery learning pada pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa, sehingga berimbas pada meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci : Discovery Learning, Keaktifan Siswa, Tematik Terpadu, & Sekolah Dasar.
Abstract
The objectives of this study were to: 1) Describe the notion of discovery learning models in integrated thematic learning in primary schools according to the views of experts, 2) Describe the steps of discovery learning models in integrated thematic learning in primary schools according to the experts’ views, and 3) Describe the advantages and disadvantages of discovery learning models in integrated thematic learning in elementary schools according to experts’ views. This type of research the researcher uses is qualitative research with the method of observation and inteview.The Discovery Learning model is a series of learning actovities that involve maximally the entire ability of students to search and investigate systematically, critically, and ;ogically, so that they can find out for them-selves. The steps of the discovery learning model are 1) Stimulation, 2) Problem Statement (Statement / problem identification), 3) Data Collection (Data Collection), 4) Data Processing, 5) Verification ( Evidence), 6) Generalization (Drawing Conclusions / generalizations). The resulrt of the study are expected to use the discovery learning mode in learning to increase student aktivity, so that it has an inpact on improving student learning oucomes
Keywords : Discovery Learning, Student Activitu, Integrated Thematic, & Elementary School
PENDAHULUAN
Sekolah dasar merupakan salah satu jenjang pendidikan yang sangat penting untuk menuju ke tingkat pendidikan selanjutnya dan merupakan tempat dimana awal terbentuknya bibit-bibit generasi bangsa yang berkualitas (Kesumaningrum, 2016). Pembelajaran dalam pendidikan sekolah dasar disesuaikan dengan kurikulum, silabus, dan perangkat pembelajaran agar dapat tercapainya tujuan umum pendidikan.dalam pencapaian kemampuan sendiri melalui pembelajaran tertentu sesaui dengan apa yang dikehendaki dalam suatu pencapaian kemampuan. Macam-macam kemampuan siswa dalam kurikulum 2013 meliputi, kemampuan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengasosiasikan. Pembelajaran dapat menjadikan peserta didik memperoleh pengalaman belajar secara langsung untuk menambah, menerima serta menerapkan konsep yang benar saat dipelajari.
Pendidikan merupakan salah satuhal yang terpenting dalam kehidupan manusia, karena melalui pendidikan akan dapat menciptakan manusia yang berpotensi, kreatif dan memiliki ide cemerlang sebagai bekal untuk memperoleh masa depan yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu interaksi dua arah antara guru dengan siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar untuk mencapai suatu tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam proses pembelajaran. Pendidikan menjadi faktor penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapatmengembangkan suatu bangsa. Salah satu cara meningkatkan pendidikan di Indonesia yaitu dengan menerapkan pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 di sekolah. Pada pembelajaran Kurikulum 2013 dilaksanakan dengan pembelajaran tematik terpadu.
Pada Pembelajaran Kurikulum 2013 dilaksanakan dengan pembelajaran tematik. Rusman (2012) menyatakan bahwa pembelajaran tematik ialah salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) atau suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk aktif menemukan konsep materi sendiri.
Manfaat pembelajaran tematik yaitu : (1) akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih matri dapat dikurangi bahkan dihilangkan, (2) peserta didik mampu melihat hubungan yang bermakna sebab isi atau materi pelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat bukan tujuan akhir, (3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga peserta didik akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah, dan (4) dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat. (Trianto, 2011).
Dalam pembelajaran tematik, siswa diharuskan untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung yang lebih bermakna dan menemukan konsep materi sendiri berdasarkan pengalamannya. Sesuai dengan prinsip yang perlu diterapkan dalam pembelajaran tematik pada kurikulum 2013, yaitu memotivasi siswa agar aktif mencari tahu, bukan diberi tahu (Aini & Relmasira, 2018:2). Maka dari itu keaktifan siswa dalam proses belajar pada pembelajaran tematik menjadi salah satu aspek yang perlu dikembangkan pada diri siswa, karena keaktifan ini akan menuntut siswa untuk memiliki keberanian dan percaya diri sehingga memiliki kemampuan untuk terbiasa mencari tahu atau melakukan sesuatu sendiri.
Menurut Mulyasa (2009: 191) Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan.Pengertian aktif adalah, bukan hanya seperangkat kegiatan namun lebih kearah sikap yang mesti diambil baik oleh peserta didik, guru maupun sekolah guna menjadikan pembelajaran efektif, (Kristin, 2017: 407). Keaktifan belajar dalam hal ini adalah keaktifan yang bersifat fisik maupun mental dalam proses kegiatan belajar mengajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, (Kristin, 2017). Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah proses pembelajaran yang menekankan peran siswa dan melibatkan secara langsung siswa dalam proses pembelajaran, baik secara visik, mental dan intelektual.
Keaktifan belajar siswa sangatlah beragam. Adapun indikator keaktifan siswa menurut Sudjana (2010: 61) adalah sebagai berikut: 1) Partisipasi dalam melaksanakan tugasnya, 2) Terlibat dalam pemecahan masalah, 3) bertanya kepada guru atau siswa lain apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, 4) Berusaha mencari informasi yang diperoleh untuk memecahkan masalah, 5) Melaksanakan diskusi kelompok, 6) Memiliki kemampuan diri dan hasil yang diperolehnya, 7) Melatih diri memecahkan soal atau masalah, 8) Memiliki kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau permasalahan yang sedang di hadapi.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di Kela V Sekolah Dasar menyatakan bahwa pembelajaran tematik diperoleh keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat kurang. Permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas yaitu siswa pasif ketika proses pembelajaran, terlihat dari sedikitnya siswa merespon pertanyaan guru, siswa juga enggan untuk berpendapat, dan siswa mudah lupa dengan materi yang disampaikan dari guru karena saat menyampaikan materi pembelajaran sangat monoton tidak menggunakan model pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka dalam pembelajaran tematik perlu menerapkan model pembelajaran yang bersifat aktif yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Salah satu model yang dapat meningkatkan keaktifan siswa yaitu model Discovery Learning. Mnurut Agus N. Cahyo (2013:100) Discovery Learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri. Menurut Sani (2014:97-98), Discovery Learning merupakan proses dari inkuiri Discovery Learning adalah metode metode belajar yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang membuat peserta didik belajar aktif dan menemukan pengetahuan sendiri. Menurut (Hosmam, 2016: 282) Pengertian Discovery Learning ialah model pengembangan cara belajar aktif dengan mendapatkan dan mengkaji sendiri, maka hasil yang didapatkan bisa terus di ingat, dengan menggunakan metode belajar ini siswa juga dapat belajar berpikir menganalisa dan memecahkan masalahnya. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning adalah angkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis, sehingga mereka dapat menemukan sendiri.
Ciri utama belajar menemukan, yaitu (1) mengeplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan, (2) berpusat pada siswa, (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada (Hosnan, 2014: 284).Tujuan Metode Discovery Learning Menurut Bell, metode Discovery Learning memiliki tujuan melatih siswa untuk mandiri dan kreatif, antara lain sebagai berikut (Hosnan, 2014), 1) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. 2) Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.3) Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan. 4) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain. 5) Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep- konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna. 6) Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
Pernyataan syah yang dikutip dalam Hosnan (2014: 289-290). Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan model Discovery Learning yaitu, 1) memberikan stimulus kepada siswa, 2) mengidentifikasi permasalahan yang relevan dengan bahan pelajaran, merumuskan masalah kemudian menentukan jawaban sementara (gipotesis), 3) membagi siswa untuk kegiatan bediskusi, 4) memfasilitasi siswa dalam kegiatan pengumpulan data dan mengolah data, 5) mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan.
Marzano (dalam Hosnan, 2014:288) mengemukakan kelebihan model discovery learning sebagai berikut : (1) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan, (2) Menumbuhkan sekaligus menanamkansikap inquiry (mencarimenemukan); (3) Mendukung kemampuan Problem Solving peserta didik, (4) Memberikan wahana interaksi antar peserta didik, maupun peserta didik dengan guru, dengan demikian peserta didik juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, (5) Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkay kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena peserta didik dilibatkan dalam proses penemuan. Sedangkan kelemahan model Discovery Learning sebagai berikut: (1) Metode Discoveri Learning memakan cukup banyak waktu dan tidak semua siswa mau berpikir sendiri,(2) Banyak siswa yang tidak dapat mengikuti langkalangkah pembelajaran Discovery Learning, (3) Dalam penerapan model discovery Learning hanya pembelajaran tertentu saja. d. Tidak semua guru memiliki kemampuan dalam mengunakan model pembelajaran Discovery Learning.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar. Subjek penelitian ini adalah guru kelas V dan peserta didik. Objek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran tematik sekolah dasar. Teknik pengumpulan data menggunakan obsrvasi dan wawancara. Teknik pengumpulan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa di Sekolah Dasar dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.
PEMBAHASAN
Berhasil atau tidaknya kurikulum 2013 dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, implementasi kurikulum, guru dituntut untuk secara professional merancang pembelajaran efektif dan bermakna, mengorganisasikan suatu pembelajaran, memilih serta menentukan model pembelajaran yang tepat, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dan karakter, serta menetapkan kriteria keberhasilan yang harus dicapai. Dalam mewujudkan hal tersebut, salah satu faktor diantaranya adalah guru dalam merancang pembelajaran, karena secara langsung guru dapat mempengaruhi, meningkatkan kercerdasan dan keterampilan siswa. Untuk merancang pembelajaran yang efektif dan bermakna diharapkan guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di Kela V Sekolah Dasar menyatakan bahwa pembelajaran tematik diperoleh keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat kurang. Permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas yaitu siswa pasif ketika proses pembelajaran, terlihat dari sedikitnya siswa merespon pertanyaan guru, siswa juga enggan untuk berpendapat, dan siswa mudah lupa dengan materi yang disampaikan dari guru karena saat menyampaikan materi pembelajaran sangat monoton tidak menggunakan model pembelajaran. Untuk solusi dalam permasalahan tersebut maka dilakukan tindakan khususnya dalam strategi pembelajaran yaitu dengan menggunakan suatu model pembelajaran yang inovatif dan menarik perhatian siswa yang nantinya akan memberikan dampak positif terhadap pemahaman siswa. Model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran discovery learning dengan tujuan melatih siswa untuk mandiri dan kreatif, antara lain sebagai berikut (Hosnan, 2014), 1) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. 2) Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.3) Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan. 4) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain. 5) Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep- konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna. 6) Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
Model pembelajaran Discovery Learning adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis, sehingga mereka dapat menemukan sendiri. Mnurut Agus N. Cahyo (2013:100) Discovery Learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri. Menurut Sani (2014:97-98), Discovery Learning merupakan proses dari inkuiri Discovery Learning adalah metode metode belajar yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang membuat peserta didik belajar aktif dan menemukan pengetahuan sendiri.
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery learning diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, membuat siswa semangat belajar, dan meningkatkan hasil belajar siswa (Wahyudi, 2015). Sebagai bentuk upaya pencapaian tujuan pembelajaran tersebut peneliti berupaya mengembangkan model pembelajaran discovery learning dengan langkah-langkah sebagai berikut :
No | Keterangan | Pengertian |
1 | Stimulasi (Pemberian rangsangan) | Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan keingintahuan siswa, kemudian dilanjutkan dengan tidak memberi tahu secara utuh agar timbul keinginan siswa untuk menemukan sendiri. |
2 | Problem Statment (Pernyataan / identifikasi masalah) | Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengindentifikasi masalah yang relevan dengan materi yang dipelajari, kemudian dipilih salah satu masalah dan dirumuskan hipotesisnya. |
3 | Data Collecting (Pengumpulan data) | Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi. |
4 | Data Processing (Pengolahan data) | Pada tahap pengolahan data setiap siswa ditugaskan untuk dapat mengolah informasi yang telah dikumpulkan, baik melalui wawancara, observasi dan sebagainya. |
5 | Verification (Pembuktian) | Pada tahap pembuktian secara bergantian siswa menampilkan hasil temuan yang didapatkan dari pengolahan data yang telah dilakukan, dan siswa yang lain akan menanggapi dan melakukan tanya jawab terkait temuan yang didapatkan. |
6 | Generalization (Menarik kesimpulan) | Pada tahap akhir ini guru meminta siswa menyimpulkan apa yang sudah dipahamidan juga guru akan memberikan penguatan terhadap kesimpulan yang telah disampaikan siswa. |
KESIMPULAN
Berdasarkan landasan teori dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery learning rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis, sehingga mereka dapat menemukan sendiri dalam memecahkan masalah. Sehinga hasil yang didapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa dan tidak mudah dilupakan siswa. Pembelajaran menggunakan model model pembelajaran discovery learning diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, membuat siswa semangat belajar, dan meningkatkan hasil belajar siswa (Wahyudi, 2015).
SARAN
Guru dapat memanfaatkan model pembelajaran yang kreatif untuk mendukung proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ana Andriani & Wakhudin. 2020. Implemetasi pendidikan Karakter melalui Model Pembalajaran Discovery Learning di Mim Pasir Lor Karanglewas Banyumas. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Volume 01, Nomor 02.
Apri Dwi Prasetyo & Muhammad Abduh. 2021. Peningkatan Keaktifan Belajar Melalui Model Discovery Learning di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu. Volume 05, Nomor 04.
Aprilian Rahmayani. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Dengan Menggunakan Media Video Tehadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan. Volume 04, Nomor 01.
Aulia Marisya & Elfia Sukma. 2020. Konsep Model Discovery Learning Pada Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar Menurut Pandangan Para Ahli. Jurnal Pendidikan Tambusai. Volume 04, Nomor 03.
Endah Setyowati, dkk. 2018. Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri Mangunsari 07. Jurnal Sains dan Teknologi. Volume 01, Nomor 01.
Eris Wijaya Saputra & Yohana. 2019. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning (DL) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD. Jurnal Mitra Pendidikan. Volume 03, Nomor 11.
Fadilah Wulan Dari & Syafri Ahmad. 2020. Model Discovery Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SD. Jurnal Pendidikan Tambusai. Volume 04, Nomor 02.
Iin Puji Rahayu & Agustina Tyas Asri Hardini. 2019. Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Tematik. Volume 03, Nomor 03.
Lilik Nurendah Putri & Harto Nuroso. 2020. Peningkatan Hasil Belajar Tematik Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Siswa Kelas VI Semester I SD Negeri Pucangluwuk 02 Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal Dimensi Pendidikan. Volume 19, Nomor 02.
Muhamad Rizqi Amridzal Luthfi, dkk. 2021. Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas V TEMA 8 DI sd Negeri 1 Selo Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Jurnal Pnelitian dan Pengembangan Pendidikan. Volume 08, Nomor 03.
Nichen Irma Cintia, dkk. 20018. Penerapa Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Perpektif Ilmu Pendidikan. Volume 32, Nomor 01.
Nyana Wulandari, dkk. 2018. Upaya Peningkatan Keaktfan Siswa dan Hasil Belajar Tematik Melalui Model Pembelajaran Doscovery Learning Berbamtuan Puzzele Pada Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo kidul 2. Jurnal Ilmiah Pengembangan Pendidikan. Volume 05, Nomor 03.
Sry Rahayu Ningsih, dkk. 2019. Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Tematik Terpadu di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu. Volume 03, Nomor 04.
Sri setianingrum & Naniek Sulistya Wardani. 2018. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Tematik Melalui Discovery Learning Siswa kelas 1 Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar. Volume 09, nomor 02. Yosiana Eskris. 2021. Meta Analisis Pengaruh Model Discovery Learnig dan Problem Based Learning Terhadap Kemampuan berpikir Kritis Peserta Didik Kelas V SD. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Volume 02, Nomor 01.
Data Penulis:

1. Nama : Ika Nurul Afifatus Sa’idah
Mahasiswa Jurusan : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purworejo

2. Nama : Esti Widi Nugrahaini
Mahasiswa Jurusan : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purworejo
3. Nama : Titi Anjarini, M.Pd.
Dosen Jurusan : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purworejo