Sampah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita. Hampir setiap hari kita menghasilkan sampah bukan rupiah. Tetapi ada sebagian masyarakat yang berpikir bahwa sampah bisa disulap untuk dijadikan rupiah. Sampah bisa dijadikan penghasilan tambahan dan bernilai jual tinggi jika kita pandai dalam pengelolaannya. Kreativitas sebuah desa mendirikan bank sampah merupakan salah satu solusi terbaik agar sampah bisa dijadikan rupiah atau bernilai jual. Sampah bisa dijadikan karya yang menarik dan kreasi.
Pengalaman yang sangat menarik ketika kami berkunjung ke bank sampah desa Ganggeng serta berkomunikasi langsung dengan para pengurus atau pengelola pada tanggal 08 oktober 2022, tepatnya hari sabtu kemarin. Bank sampah merupakan salah satu badan atau pengelola yang sistem kerjanya dilakukan atau dilaksanakan seperti sistem kerja bank namun yang dikelola bukanlah uang melainkan sampah. Sampah yang dikelola memiliki empat kriteria yaitu sampah plastik, sampah logam, sampah kertas, dan sampah beling. Bank sampah tersebut memiliki tujuan dimana agar sampah yang dihasilkan masyarakat desa bukan hanya menjadi limbah tetapi mempunyai nilai ekonomis dan berdaya jual tinggi. Tidak ada yang menyangka bahwa pengelolaan sampah ini bisa menjadi salah satu bank sampah yang sukses di desa tersebut.
Awal mula berdirinya bank sampah ini adalah pertengahan tahun 2019, desa Ganggeng menerima surat edaran dari Bapak Camat, dimana semua desa harus membentuk bank sampah. Kepala desa yang menjabat saat itu di desa Ganggeng langsung bergerak dan menunjuk orang yang aktif, baik di PKK, posyandu, dan lain sebagainya. Orang yang ditunjuk selain yang aktif dalam kegiatan desa adalah mereka pula yang memang mau bergerak dan menjalankan bank sampah tersebut. Jumlah pengelola bank sampah ini ada 30 orang, yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, penasehat, serta seksi-seksi lainnya. Untuk awal berjalannya bank sampah, saat itu masih menyewa viar pertanian dan untuk supir yang mengangkut sampah merupakan salah seorang perangkat desa. Seiring berjalannya waktu, bank sampah berkembang dan dapat mendirikan gedung sendiri untuk pengelolaan sampahnya. Tujuan utama didirikan bank sampah ini yaitu untuk pembayaran PBB masyarakat desa, selain itu menciptakan lingkungan yang bersih yang bebas dari sampah plastik, dan yang terpenting warga masyarakat tidak membuang sampah di pekarangan rumah mereka.
Bank sampah yang berdiri tepat pada tanggal 19 april 2019 yang dinamakan bank sampah “SRIKANDI” ini sudah meraup omset sekitar 10 juta sampai dengan 15 juta pertahunnya. Jumlah nasabahnya hampir mencapai 500 orang atau lebih tepatnya 425 orang dari tahun 2019 hingga 2022 sekarang ini. Banyak yang dilakukan pengelola untuk menarik nasabah agar ikut serta dalam bank sampah tersebut. Pengelola melakukan penyuluhan bank sampah paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan, setiap penabung diberikan wadah terpilah untuk melakukan pemilahan sampah baik organik maupun anorganik, dan tentu bagi penabung atau nasabah akan mendapatkan buku tabungan dan nomor rekening tabungan bank sampah tersebut.
Sampah yang diterima bank sampah Srikandi merupakan sampah residu dan non organik atau bisa dikatakan semua sampah bisa diterima bank sampah tersebut. Bagi sampah yang tidak dapat diolah kembali atau di daur ulang seperti sampah hasil sandang oleh pengelola dialihkan ke hasil kerajinan. Kerajinan yang dihasilkan antara lain : Pot bunga dari kain bekas yang dilapisi semen, baju pengantin dari kain bekas, baju show, dompet dari plastik alumunium dan bungkus kopi, tas dari plastik minyak hingga lilin aromaterapi dari minyak bekas limbah rumah tangga. Namun sayang, untuk limbah popok bayi, bank sampah Srikandi belum mempunyai cukup tenaga untuk pengelolaannya. Padahal popok bayi tersebut sangat bermanfaat jika dikelola dengan baik, salah satunya dijadikan media untuk menanam. Karena bahan dari popok bayi dapat menyerap air, ketika kita menggunakannya untuk menanam bunga dan yang lainnya di dalam pot, kita tidak perlu repot menyiram setiap hari, karena sudah terdapat cadangan air didalamnya.
Dalam mendirikan bank sampah Srikandi, pengelola juga mengalami beberapa kendala. Banyak masyarakat yang salah persepsi tentang bank sampah tersebut. Masyarakat sering membandingkan harga jual dengan pembeli barang bekas diluar bank sampah, dan masih banyak masyarakat yang mencampur sampah ketika disetorkan bank sampah. Mereka tidak memilah sampah pada tempat yang disediakan, sehingga sampah tercampur menjadi satu. Pengelola pun terkadang geram, tetapi bagaimana lagi karena itu sudah menjadi tanggung jawab mereka.
Bank Sampah Srikandi ini mempunyai banyak rencana kedepan dalam pengembangan pengelolaan limbah atau sampah masyarakat. Dimana setiap rumah dianjurkan mengikuti bank sampah karena dari nasabah yang terdata 425 orang masih ada 200 nasabah yang belum mengikuti bank sampah. Bank sampah tersebut juga memerlukan tempat pembakaran sampah tertutup untuk melakukan pembakaran sampah-sampah yang memang tidak dapat diolah atau didaur ulang kembali. Selain itu juga perlu alat pencacahan plastik agar menjadi lebih ringkas dan mudah diolah. Bank sampah Srikandi ini sangat memberikan banyak manfaat bagi desa Ganggeng tersebut terlebih lagi untuk masyarakatnya. Pengelola memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menggali kreativitas dengan mengadakan perlombaan desa. Perlombaan yang diadakan antara lain : Pendirian taman setiap rukun warga dengan memanfaatkan sampah atau limbah rumah tangga dan perlombaan pembuatan busana dengan memanfaatkan sampah plastik yang tidak dapat di daur ulang.
Dengan adanya bank sampah, selain memperoleh lingkungan yang bersih dan terbebas dari sampah, masyarakat akan rajin menabung meskipun hanya berupa sampah. Namun, sampah yang mereka tabung akan berubah menjadi rupiah yang nantinya akan mereka gunakan untuk pembayaran PBB sehingga mereka tidak perlu repot mengeluarkan kocek dari kantong mereka tetapi sudah ada tabungan dari bank sampah. Dengan demikian, penanggulangan sampah melalui bank sampah, bukan menjadi hal yang mustahil untuk dilakukan tetapi menggerakkan masyarakat akan sadar tentang lingkungan bersih. Marilah sukseskan bank sampah! Nabung sampah jadi rupiah!
Penulis :
1. Nuriya Asti 192180059
2. Rima Sonia 192180060
3. Silvi Afrianingrum 192180067
4. Panggih Anugrah Perdana 192180068
5. Efa Yunita 192180073
6. Hasan Ibnu Sani 192180078
7. Lambang Subarkah Hanafi 192180062