Oleh : Dwi Ma’sumah
Dosen Pembimbing : Nur Ngazizah, S.Si., M.Pd.
Inovasi dan kreativitas dalam pembelajaran merupakan tuntutan utama pendidikan modern seperti saat ini, karena banyak hal yang berubah seiring berjalannya waktu, terutama di era digital. Di era digital ini, sudah saatnya kita mengubah paradigma pembelajaran di kelas menjadi proses yang syarat pengalaman dan menawarkan kesempatan kepada siswa untuk berkolaborasi dengan guru dan temannya untuk membangun dan mengorganisasikan pengetahuan, berpartisipasi dalam penelitian, belajar menulis dan menganalisis, dan mampu menyampaikan apa yang telah Mereka alami sebagai ide baru dan juga sebagai bentuk pengalaman yang sesuai dengan usianya.
Di era digital, merupakan tantangan bagi guru untuk menemukan pendekatan mana yang digunakan untuk membantu siswa belajar secara efektif. Pendidik di era digital harus memahami bagaimana siswa Mereka belajar. Dengan kata lain, jika guru tidak memahami kemampuan, kebutuhan, dan kelebihan masing-masing siswa dalam mempelajari sesuatu, maka akan sulit bagi guru untuk menentukan metode belajar mengajar yang akan berdampak positif bagi siswa.
Maka dari itu, penting bagi para calon pendidik untuk mempelajari bagaimana cara yang efektif untuk mendidik anak-anak jaman sekarang. Sebagai calon guru, kita harus paham betul bagaimana cara menyusun rancangan pembelajaran yang baik. Selain memahami secara teori, kita juga harus mencoba menerapkan suatu rancangan pembelajaran yang kita buat untuk pembelajaran siswa, yaitu dengan berlatih mengajar. Hal ini nantinya diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi untuk kita semuanya.
Saya Dwi Ma’sumah, mahasiswi semester empat Program Studi PGSD, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Pada tanggal 17 Juni 2023, Saya melakukan simulasi mengajar berdasarkan modul ajar yang telah Saya buat di Desa Kalimeneng, Kec. Kemiri, Kab. Purworejo. Simulasi ini merupakan salah satu bentuk penugasan dari mata kuliah Pembelajaran IPA dengan dosen pembimbing yaitu Nur Ngazizah, S.Si., M.Pd. Materi yang diajarkan yaitu tentang “Transformasi Energi”. Sasaran Saya yaitu anak-anak SD kelas 4 Desa Kalimeneng. Simulasi dilaksanakan di Balai Desa Kalimeneng.
Pembelajaran dilakukan untuk 4 kali pertemuan dengan materi yang sama, yaitu Transformasi Energi. Seperti mengajar pada umumnya, pembelajaran dimulai dengan kegiatan awal yang berisi salam pembuka, berdoa untuk memulai pembelajaran, presensi kehadiran, menanyakan kabar dan perasaan, apersepsi, dan ice breaking. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti yang terdiri dari penyampaian materi, pengerjaan LKPD, dan juga presentasi. Terakhir yaitu kegiatan penutup yang terdiri dari refleksi, penyampaian kesimpulan pembelajaran pada pertemuan tersebut oleh siswa, penyampaian kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya, dilanjutkan doa dan salam penutup.
Pada pertemuan pertama, kegiatan inti dilakukan dengan mengajarkan tentang pengertian dasar transformasi energi. Di sini saya menggunakan media pop up book. Dalam pembuatannya memang membutuhkan effort yang lebih, tetapi ketika melihat anak-anak begitu antusias untuk menggunakannya, disitu ada kepuasan tersendiri bagi Saya. Saya memberikan LKPD berupa soal-soal uraian untuk dikerjakan secara berkelompok. Jawaban untuk LKPD 1 bertujuan untuk mengetahui seberapa paham peserta didik terhadap materi yang Mereka baca pada modul dan juga penjelasan saya dengan menggunakan media pop up book.
Pertemuan kedua, media yang Saya gunakan berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Kali ini saya menyiapkan kartu transformasi energi. Saya membuat dua permainan, yang pertama yaitu siswa secara bergantian maju mengambil kartu gambar alat dan kegiatan secara random lalu menempelkan kartu tersebut pada tabel yang sudah saya siapkan di depan. Untuk penempelannya disesuaikan dengan perubahan energi yang terjadi.
Game yang kedua yaitu seperti konsep permainan sudamanda. Pada permainan ini saya juga menyediakan kartu-kartu yang berisi gambar alat dan kegiatan yang menerapkan konsep transformasi energi. Saya membuat pola lantai dengan tulisan macam-macam energi, dimana satu petak keramik ditulisi dengan satu macam energi. Peraturan mainnya yaitu, siswa mengambil kartu random kemudian lompat pada energi awal yang terjadi, lalu lompat ke energi akhir sesuai gambar yang diambil. Saya juga memberikan LKPD dua untuk dikerjakan secara berkelompok berupa tabel transformasi energi dan pemasangan gambar dengan transformasi yang terjadi.
Pertemuan ketiga, Saya mengarahkan peserta didik untuk mengamati kelas. Lalu Saya meminta Mereka untuk menuliskan transformasi energi apa saja yang terjadi di kelas. Mereka mengerjakannya pada LKPD tiga yang Saya berikan. Setelah itu, Saya mengajak Mereka keluar kelas untuk mengamati transformasi apa saja yang terjadi di lingkungan sekitar kelas. Mereka mencatat hasil pengamatannya untuk nantinya dipresentasikan. Anak-anak diminta untuk duduk di tempat yang nyaman, namun tidak terlalu jauh dari ruang kelas.
Pertemuan ke empat, Saya mengajari anak-anak untuk membuat salah satu alat yang memanfaatkan transformasi energi, yaitu mobil bertenaga angin. Setelah saya mencontohkan cara membuat dan cara kerjanya, anak-anak kemudian membuat alat serupa dan mempraktikkannya. Saya memantau kegiatan Mereka untuk memastikan keamanan dan keselamatan kerja. Setelah alat selesai dibuat, anak-anak diminta presentasi dan kita koreksi bersama apabila terdapat hal yang tidak sesuai dan juga kendala pada saat pembuatan. Apabila hasil tidak sesuai, maka kita cari tahu bersama faktor apakah yang mempengaruhi hal itu terjadi.
Dari hasil evaluasi pada LKPD yang telah dikerjakan anak-anak, dapat diketahui bahwa anak-anak cukup baik dalam memahami dan menguasai materi. Saya sering kali memastikan Mereka paham atau tidak terhadap materi yang telah dipelajarinya. Tak lupa, Saya juga menanyakan bagaimana kesan dan perasaan Mereka setelah belajar menggunakan media pembelajaran. Mereka menjawab senang, karena ternyata selama ini guru di kelasnya tidak pernah mengajar menggunakan media pembelajaran.
Dapat kita simpulkan bahwa untuk menjadi guru, Kita harus bisa membuat modul ajar yang baik dan menarik sebagai acuan dalam kita mengajar nantinya. Tantangan bagi kita adalah bagaimana cara membuat peserta didik antusias dan menyukai pembelajaran yang kita sampaikan. Kreativitas guru dalam membuat modul ajar sangat mempengaruhi kita dalam mengajar. Belajar menggunakan media pembelajaran dapat meningkatkan semangat, minat dan fokus siswa. Anak tidak merasa bosan saat pelajaran, materi yang disampaikan pun mudah dipahami dan menjadi lebih efektif. Sehingga anak-anak merasa bahwa belajar itu menyenangkan.
Demikian tulisan saya mengenai pengalaman saya simulasi modul ajar pada siswa. Semoga dapat bermanfaat untuk para pembaca sekalian. Saya mohon maaf apabila banyak kesalahn penulisan dan bahasa saya, untuk itu mohon para pembaca dapat memberikan saran yang membangun. Terima kasih sudah mampir untuk membaca tulisan saya.
Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo.