Oleh: Lutfiyyah Ningtyas
Dosen Pembimbing: Nur Ngazizah, S.Si., M.Pd.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan pembuatan Media Pembelajaran Poop Up Book serta melakukan simulasi pembelajaran ini pada anak Sekolah Dasar (SD) guna memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran IPA SD dan untuk membantu anak-anak SD dalam memahami proses terjadinya bunyi menggunakan media.
Simulasi mengajar merupakan suatu metode pelatihan pendidikan dalam skala kecil dan terbatas dalam rangka meningkatkan keterampilan mengajar dan mendidik. Simulasi mengajar ini perlu diterapkan karena dapat melatih mahasiswa khususnya pada fakultas keguruan.
Poop Up Book merupakan sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak ketika dibuka atau memiliki unsur 3 dimensi serta dapat memberikan visualisasi cerita yang menarik. Salah satu keunggulan dari media pembelajaran ini yaitu media yang berbentuk poop up 3 dimensi sehingga peserta didik dapat terlibat langsung dalam proses belajar-mengajar. Selain itu, bentuk poop up book yang unik dan berwarna juga dapat menarik perhatian siswa sehingga lebih bersemangat untuk belajar. Menurut anak-anak media pembelajaran poop up book ini mudah untuk dipahami karena terdapat gambar-gambar yang dapat menyenangkan siswa. Mereka juga tertarik untuk membuatnya sendiri agar lebih mudah untuk memahami materi.
Poop Up Book ini saya simulasikan pada anak-anak SD kelas 5 MI Puro Sutoragan yang beralamat di Dusun Krajan RT 001/RW 001, Desa Sutoragan, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Saya melakukan simulasi ini dengan 7 orang anak diantaranya, Putri, Amila, Luluk, Fariz, Fuad, Candra dan Ferdi. Saya melakukan simulasi ini sebanyak 4x pertemuan.
Pada pertemuan pertama saya menjelaskan materi tentang “Bagian-Bagian Telinga dan Fungsinya” menggunakan poop up book. Sebelum memulai pada materi pembelajaran saya memberikan pertanyaan pemantik kepada siswa terlebih dahulu, seperti:
- Ada berapa pancaindera?
- Apa saja yang termasuk panca indera?
- Apa fungsi telinga?
Siswa juga dapat menjawab dengan antusias. Ketika saya sedang menjelaskan materi, siswa disini terlihat tertarik dan bersemangat untuk belajar dengan menggunakan media yang saya buat. Selain menggunakan media saya juga mengajarkan anak-anak untuk menyanyikan lagu bagian-bagian telinga secara bersama-sama agar dapat lebih memudahkan siswa untuk belajar mengingatnya. Setelah itu saya melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi ini, seperti:
- Ada berapa bagian telinga? Sebutkan!
- Pada telinga bagian luar terdapat apa saja?
- Apa fungsi dari saluran setengah lingkaran?
- Apa fungsi saluran eustachius?
Setelah saya melakukan tanya jawab, ternyata juga siswa dapat menjawab dengan benar karena mereka dapat memahami materi yang saya sampaikan melalui poop up book tersebut. Setelah itu saya melakukan refleksi bersama dengan siswa, kemudian salah satu dari mereka saya minta untuk menyimpulkan materi pembelajaran kali ini. Salah satu dari mereka menyimpulkan bahwa telinga merupakan salah satu dari panca indera yang berfungsi sebagai organ pendengaran dan organ keseimbangan tubuh, kemudian telinga dibagi menjadi 3 bagian yang memiliki fungsinya masing-masing.
Pada pertemuan kedua saya menjelaskan materi tentang “Proses Terjadinya Bunyi” menggunakan poop up book dan video pembelajaran, kemudian setelah itu siswa saya minta melakukan percobaan untuk membuktikan tentang asal sumber bunyi hingga sampai pada telinga kita. Sebelum memulai pada pembelajaran saya memberikan pertanyaan pemantik dan menanyakan tentang materi pada pertemuan sebelumnya. Dan ternyata siswa juga masih ingat mengenai materi kemarin. Kemudian saya menjelaskan materi menggunakan poop up book dan juga dengan memperlihatkan siswa mengenai video pembelajaran proses terjadinya bunyi. Setelah itu saya meminta siswa secara berkelompok untuk melakukan percobaan menggunakan 2 gelas yang masing-masing ditutup menggunakan balon kemudian disekelilingnya diikat menggunakan karet gelang. Kemudian salah satu dari gelas tersebut dikasih garam diatasnya, setelah itu siswa diminta untuk teriak disebelah gelas tersebut, kemudian diamati apa yang terjadi. Setelah mengamati percobaan tersebut ternyata garam yang ada diatas balon dapat bergerak, hal itu dikarenakan adanya getaran disekitar balon.
Pada pertemuan ketiga ini saya menjelaskan mengenai materi tentang “Gangguan Pendengaran” menggunakan media poop up book. Siswa juga masih terlihat sangat antusias dan bersemangat untuk belajar. Pada pertemuan ketiga ini setelah menjelaskan materi saya mengajak siswa untuk berdiskusi tentang materi ini, siswanya juga terlihat aktif untuk berdiskusi bersama-sama. Setelah berdiskusi bersama saya juga meminta perwakilan dari kelompok mereka untuk mempresentasikan hasilnya didepan kelas. Kemudian salah satu dari mereka juga menyimpulkan pembelajaran pada kali ini yaitu: suara yang keras tidak baik untuk telinga, karena dapa menyebabkan gangguan pendengaraan sehingga merawat dan menjaga Kesehatan telinga itu sangatlah penting untuk dilakukan.
Pada pertemuan keempat ini saya hanya mengulas materi dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga, kemudian setelah mengingatkan siswa kembali, saya meminta mereka untuk membuatkan mind mapping sederhana secara berkelompok. Kemudian setelah itu untuk mempresentasikan hasilnya didepan kelas. Siswa membuat mindmapping dengan kreatif dan mudah untuk dipahami. Berdasarkan hasil membuat mindmapping tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Sebagian besar siswa sudah paham mengenai materi “Telinga dan Proses Terjadinya Bunyi.”(*)
Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo.