
Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan di masa depan pada masa globalisasi. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai macam salah satunya pendidikan di sekolah. Menurut Suparlan ( 2008 : 71 ) sebuah pendidikan mempunyai 3 komponen utama yaitu guru, siswa, dan kurikulum. Menurut Charles E. Silbeman, pendidikan tidak sama dengan pembelajaran karena pembelajaraan hanya menitikberatkan pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia. Sedangkan pendidikan berusaha mengembangkan seluruh aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik. Pendidikan mempunyai makna yang lebih luas dari pembelajaran, tetapi pembelajaran merupakan sarana yang ampuh dalam menyelenggarakan pendidikan.
Selama ini sering kita temukan masih banyak anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar bukan hanya dialami oleh siswa yang memiliki kemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Biasanya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang dapat menghambat tercapainya kinerja akademik sesuai dengan harapan. Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah, tetapi juga disebabkan oleh faktor non-intelegensi.
Fenomena kesulitan belajar siswa biasanya tampak jelas dari tingkat belajarnya yang menurun. Tetapi kesulitan belajar juga tampak dengan munculnya kelainan perilaku seperti siswa yang suka berteriak di dalam kelas, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering bolos saat pembelajaran berlangsung. Peneliti melihat adanya kesulitan belajar yang terdapat pada beberapa siswa seperti mengalami kesulitan membaca dengan lancar, menunjuk setiap kada yang sedang dibaca, adanya nada suara tegangsehingga cara membaca siswa tidak sesuai dengan aturan membaca, dan lain sebagainya.
Pada tanggal 3 Oktober 2023 kami melakukan wawancara dan juga observasi di SD Negeri 2 Baledono, kami melakukan hanya pada kelas yang sudah menerapkan kurikulum merdeka yaitu kelas 1,2,4, dan 5 . Dalam wawancara tersebut kami terpusat pada sistem dan cara pembelajaran yang dilakukan. Karena sistem menyangkut semua aspek yang ada dalam pembelajaran seperti sarana prasarana hingga media yang digunakan untuk pembelajaran.
Pembelajaran Muatan IPA kelas 1 materi “Kuman” dalam proses pembelajaran guru menjelaskan dengan metode ceramah tanpa adanya bantuan media pembelajaran, dengan demikian siswa kurang kondusif karena guru belum sepenuhnya menguasai kelas. Dengan penjelasan guru mengenai kelas 1 masih banyak bermain karena siswa menganggap belajar itu hanya bermain, selain itu masih ada siswa yang belum bisa membaca dan menulis, tetapi banyak juga siswa yang ikut aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan guru.
Pembelajaran kelas 2 juga masih Muatan IPA materinya “Kesehatan Mata” dalam proses guru menjelaskan masih terlihat sangat sederhana dikarenakan guru hanya memakai metode ceramah sehingga murid hanya terpaku pada guru, kurangnya media dalam pembelajaran ini membuat suasana kelas menjadi kurang kondusif karena dilihat dari muka para siswa yang mungkin cukup bosan dengan pembelajaran. Dilihat dari keaktifan siswa dan juga pemahaman siswa kelas 2 ini masih cukup beragam ada yang langsung bisa menanggapi ada yang harus perlu dipancing dulu hal tersebut menandakan kurang beragamnya cara atau metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelasnya.
Pembelajaran Muatan IPA kelas 5 materi “Ekosistem” dalam proses pembelajaran guru menjelaskan menggunakan metode ceramah. Guru menggunakan sumber buku Lembar Kerja Siswa (LKS) pada saat guru menjelaskan materi pelajaran. Saat guru menjelaskan materi di kelas 5, suasana cukup kondusif, siswa memperhatikan penjelasan guru, dan beberapa siswa yang juga aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Meskipun kegiatan berjalan sangat kondusif alangkah baiknya menjelaskan materi dengan bantuan media pembelajaran, hal tersebut dapat menambah minat belajar siswa serta suasana pembelajaran menjadi mengasyikan.
Dari hasil wawancara juga observasi yang telah kami lakukan menilai bahwa proses pembelajaran akan sangat mengesankan atau menarik jika di dalamnya dikemas oleh media yang dapat mengikat keaktifan dan juga pemahaman siswa, Di SD Negeri 2 Baledono ini sudah cukup menggunakan sarpras yang ada sehingga dalam pembelajaran sudah cukup baik tetapi sangat perlu dikembangkan dengan cara menambah berbagai model atau metode sehingga materi yang disampaikan dapat diserap dengan baik oleh siswa.
Dari hasil wawancara observasi di SD Negeri 2 Baledono kelas 4 terdapat Muatan IPA dengan materi “Perubahan Wujud Benda,” Bu Nining selaku wali kelas 4 mengatakan untuk kelas 4 sudah mencakup kurikulum merdeka pembelajaran yang dilakukan menggunakan metode kooperatif, meskipun kadang kala pembelajaran masih dengan bantuan atau panduan LKS tapi itu tidak selamanya terpacu pada buku LKS, kelompok dan hasil observasi yang telah dilakukan juga menggunakan metode cemarah, adapun dalam kegiatan praktik untuk membantu penjelasan kepada murid, Bu Nining pun membuat alat peraga sesuai kebutuhan materi untuk mencapai tujuan pembelajaran serta kadangkala pembelajaran dilakukan secara outdoor agar anak tidak mudah jenuh juga dilakukan ice breaking ketika anak mulai bosan serta meningkatkan konsentrasi siswa.
Anak kelas 4 pun dibilang cukup aktif dan sangat bersemangat ketika adanya tanya jawab dan interaksi guru maupun murid tergolong sangat dekat dari segi komunikasi. Proses pembelajaran pun begitu mengesankan dan partisipasi anak baik, sehingga tujuan pembelajaran pun mudah disampaikan. (*)
Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Dosen Pengampu Nur Ngazizah S, Si.,M.Pd.

NIM. 212180003

NIM. 212180014

NIM. 212180008

NIM. 2121800031