Pergerakan Nasional Indonesia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai dan mempertahankan kemerdekaan dari kekuasaan kolonial Belanda. Pergerakan nasional terjadi antara tahun 1908 dan 1945 dan dibagi menjadi tiga periode: periode pendirian, periode radikal, dan periode kelangsungan hidup. Dalam pergerakan nasional, muncul berbagai organisasi yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran nasional, menyuarakan aspirasi masyarakat, dan melawan kebijakan kolonial.Para pelajar pribumi yang merupakan produk politik etis Belanda kemudian menyadari, bahwa perjuangan kedaerahan yang sudah dilakukan tidak akan cukup untuk membuat para penjajah pergi dari tanah Indonesia. Salah satu peristiwa yang menandai lahirnya masa pergerakan nasional:
Budi Utomo Organisasi Pergerakan Nasional Pertama
Organisasi ini berawal dari Wahidin Sudirohusodo, seorang dokter Jawa dari Surakarta. Wahidin Sudirohusodo adalah orang yang sangat giat menyebarkan cita-cita pendirian organisasi di kalangan priyayi Jawa. Tujuan pendirian Organisasi Budi Utomo adalah menghimpun para pemuda Indonesia yang menempuh pendidikan di STOVIA untuk dapat berkontribusi pada kemajuan bangsa Indonesia. STOVIA atau School tot Opleiding van Inlandsche Artsen merupakan sekolah pendidikan untuk dokter pribumi di Batavia. Pelajar yang dapat menempuh pendidikan di sekolah ini adalah orang-orang dari kalangan bangsawan.
Dengan akses pendidikan dan keuntungan sosial yang dimiliki para murid Stovia, Organisasi Budi Utomo berhasil memicu pergerakan di Indonesia. Anggota Budi Utomo perlahan meluas ke berbagai kalangan. Organisasi ini bergerak di bidang sosial yang menitikberatkan pada masalah-masalah pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan. Semakin lama keanggotaannya yang mula-mula terbatas pada orang-orang Jawa dan Madura, kemudian meluas hingga mencapai Bali.
Dampak Untuk Pergerakan Nasional
Pergerakan nasional yang muncul di Indonesia sejatinya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam dan luar. Pengaruh dari dalam merupakan pengaruh langsung yang diwakili oleh kaum intelektual dan terpelajar. Kelahiran Budi Utomo membawa dampak yang sangat luas. Organisasi ini bergerak di bidang pendidikan yang kemudian menjadi pelopor kesadaran masyarakat dalam merintis perkembangan yang harmonis bagi negeri dan bangsa Hindia Belanda. Budi Utomo juga memberikan penekanan pada pendidikan karena bidang ini merupakan alat penting untuk memajukan suatu bangsa. Budi Utomo juga meminta kepada pemerintah Hindia Belanda agar bisa memberikan beasiswa agar bisa belajar ke negeri Belanda.
Organisasi Budi Utomo menjadi inspirasi dan penggerak pemuda untuk bersatu dan membentuk berbagai organisasi kepemudaan lainnya, Pada awalnya organisasi kepemudaan ini masih berorientasi kepada pergerakan dalam golongannya sendiri-sendiri. Misalnya, Budi Utomo bergerak di bidang kesejahteraan dan kerja sama kaum bangsawan, sedangkan Sarekat Islam, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama bergerak di bidang sosial kemasyarakatan umat Islam. Memiliki visi dan misi yang sama.
Pembubaran Organisasi Pergerakan Nasional Pertama
Salah satu penyebab kemunduran organisasi ini adalah perbedaan pendapat dalam manajemen internal. Kaum muda ingin melancarkan perjuangan politik yang lebih progresif melawan pemerintah kolonial, sedangkan kaum tua sebaliknya ingin menggunakan cara-cara lama: perjuangan sosiokultural. Meskipun Budi Utomo berperan penting dalam munculnya gerakan nasional, namun perkembangan organisasi ini sangat lambat. Meski menyinggung wilayah Bali, Budi Utomo memfokuskan perjalanannya hanya di Pulau Jawa dan Madura.
Meski tujuannya menyatukan pelajar untuk berkontribusi pada kemerdekaan Indonesia, namun organisasi ini hanya mengutamakan pendidikan kaum bangsawan dan bukan pendidikan pelajar biasa. Gerakannya cenderung partisan, akibatnya organisasi Budi Utomo mulai kehilangan dukungan masyarakat.Kegiatannya juga terbatas pada penerbitan majalah bulanan “Goeroe Desa” dan beberapa petisi yang diajukan kepada pemerintah mengenai upaya peningkatan kualitas sekolah menengah pertama.
Pangeran Ario Noto Dirojo yang ditunjuk sebagai ketua organisasi menggantikan Tirtokusumo menyadari kelemahan gerakan terorganisir dan melakukan beberapa upaya untuk mengejar ketertinggalan Budi Utomo. Ia berhasil merestorasi tiga sekolah, namun upaya ini juga tidak membuahkan banyak keberhasilan. Kecurigaan bahwa Budi Utomo adalah organisasi boneka masyarakat Bumiputera pada masa penjajahan Belanda juga menyebabkan organisasi tersebut semakin kehilangan pengikutnya. Budi Utomo resmi dibubarkan pada tahun 1935 dan kemudian bergabung dengan PBI (Perhimpunan Bangsa Indonesia) yang didirikan oleh Soetomo. Dari kedua organisasi ini bergabung membentuk Parindra (Partai Indonesia Raya). (*)
Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Purworejo
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo :
1. Ratri Nur Fauziah (232180056/PGSD)
2. Ulfah Azzahra( 232180072/PGSD)
3. Febrian Haninda Nabila Zahra (232180141/PGSD)
4. Ana Pertiwi (232180093/PGSD)
5. Aisyah Nur Qori’ah (232180064/PGSD)
6. Zahrotun ‘Nisa (232180090/PGSD)
7. RAHMATTULLAH (232180086/PGSD)
Dosen Pengampu :
Titi Anjarini, M.Pd.