Purworejo, kota bersejarah di Jawa Tengah, dengan bangga menyematkan nama Wage Rudolf Supratman atau dikenal sebagai WR Supratman. Lahir pada 19 Maret 1903 di Dusun Trembelang, Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, pria ini tidak hanya menjadi bagian dari sejarah tempat kelahirannya tetapi juga meninggalkan jejak besar dalam seni dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Rumah kelahiran WR Supratman kini menjadi monumen yang merefleksikan awal kehidupan sang komponis. Anak dari pasangan Joemeno Kartodikromo, seorang tentara KNIL Belanda, dan Siti Senen, WR Supratman tumbuh di tengah-tengah perbukitan Menoreh, sekitar 12 km arah tenggara Kota Purworejo. Nama depan “Wage” mencerminkan hari pasaran Jawa saat kelahirannya.
Melalui Putusan Pengadilan Negeri Purworejo Nomor 04/Pdt/P/2007/PN PWR pada 29 Maret 2007, tanggal lahir WR Supratman ditetapkan menjadi 19 Maret 1903 di Dukuh Trembelang, mengoreksi keterangan sebelumnya yang menyebut lahir di Jatinegara, Jakarta, pada tanggal 9 Maret 1903.
Pengakuan atas kontribusi besar WR Supratman tercermin melalui monumen yang didirikan oleh Pemda Purworejo. Diresmikan pada 17 Agustus 1983 oleh Bupati Purworejo, Soepantho, monumen ini berdiri megah di pusat kota Purworejo, di Jl A Yani atau yang sering disebut perempatan Pantok, sebagai penghormatan terhadap sang komponis lagu Indonesia Raya.
“Pergantian nama Gedung Kesenian secara resmi telah ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Bupati Purworejo nomor 160.18/688/2019 tanggal 2 Desember 2019,” ungkap Kabid Destinasi Pariwisata, Dinporapar Kabupaten Purworejo, sebagai respons atas aspirasi masyarakat.
Nama WR Supratman diabadikan pada gedung kesenian dan patung yang menjadi langkah positif dan simbol penghargaan atas jasanya di bidang kesenian. Bukan hanya pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya,” WR Supratman juga aktif dalam pergerakan nasional, meninggal pada 17 Agustus 1938, meninggalkan warisan besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan memajukan kebudayaan termasuknya di Kota Purworejo ini.
Monumen dan gedung kesenian di Purworejo bukan sekadar tempat fisik, tetapi juga simbol semangat perjuangan dan cinta pada seni dan negara. Tujuannya sederhana, tetapi mendalam: memastikan generasi penerus dapat memahami dan mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjuangan melalui karya lagu, seperti yang dilakukan oleh sang pahlawan, WR Supratman. (*)
Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Kelompok Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo :
1. Zahra Lutfiatunnisa (232180116/PGSD)
2. Julia Setyaningrum (232180119/PGSD)
3. Novalino Fadlih Alfandra (232180120/PGSD)
4. Salma Wijayani Deswara (232180121/PGSD)
5. Bagus Arief Satrio Richardo Aji (232180122/PGSD)