Di Purworejo terdapat sanggar lukis yang bernama Sanggar Seni Tangan Hebat, yang didirikan pada tahun 2019 oleh Bapak Ayok Sunaryo. Sanggar ini beralamat di Desa Mudal RT 02/RW 03, Kelurahan Purworejo, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Sanggar ini hanya memuat seni rupa, dimana seni rupa merupakan seni kriya atau seni yang berwujud dan dapat dilihat. Seni rupa memiliki beberapa macam seperti : melukis, menggambar, dan membuat sketsa. Bahan serta cat yang digunakan ada 2 macam diantaranya, cat air dan cat akrilik. Sanggar ini mengajarkan hampir semua seni lukis dan gambar.
Di sini memperbolehkan siapapun yang ingin melatih skill mewarnai ataupun menggambar, cara awal untuk bisa melukis dan menggambar yaitu pertama dia harus menyukai bidang seni rupa terlebih dahulu sebelum dia terjun kedalam dunia melukis. Sanggar ini di buka untuk umum, mulai dari pra-TK sampai Mahasiswa. Cara awal yang di gunakan untuk mengajarkan seni rupa kepada anak-anak adalah mewarnai, ia di beri gambar dan di perintah untuk mewarnainya. Setelah menguasai dan pandai mewarnai gambar, lalu anak-anak di bimbing untuk belajar menggambar sampai anak tersebut pandai menggambar dan melukis di kain kanvas.
Sanggar ini juga membuka wadah bagi anak-anak yang ingin mempersiapkan diri untuk mengikuti ajang perlombaan. Anak-anak yang ingin mengikuti perlombaan akan diberi pengajaran yang lebih intens dibandingkan dengan yang belajar biasa. Selain untuk anak-anak, sanggar ini juga membuka wadah untuk guru yang ingin berlatih dan belajar untuk ajang perlombaan.
Setelah kami tanya tentang apa yang memotivasi pemilik sanggar untuk membuka sanggar ini yaitu “Ingin meregenerasi dan membangun Purworejo melalui karya seni rupa” ungkapnya.
Beliau mengelola sanggar dengan cara membuat jadwal, yaitu di hari Sabtu dari siang hingga sore hari dan buat anak-anak yang akan mengikui perlombaan tempat serta cara belajarnya lebih dikhususkan, untuk saat ini beliau sedang menyiapkan anak-anak untuk mengikuti pameran. Ayok dalam mengurus sanggarnya ia dibantu oleh teman-teman, istri, dan juga anak-anaknya. Ayok ingin murid-muridnya yang memiliki bakat keguruan akan diangkat untuk mengajar seni disanggarnya, seperti anak perempuannya yang diajarkan menjadi juri di ajang perlombaan melukis atau menggambar. Untuk anak yang belum mengetahui tentang melukis dan belum pernah belajar melukis hal pertama yang dilakukan ia harus senang dan nyaman dengan seni rupa, sepintar apapun anak itu ketika dia tidak senang dengan seni maka dia akan mudah mengeluh contohnya “pensilnya jelek, cat nya juga tidak lengkap” dan lain sebagainya, namun sebaliknya jika dia sudah senang dengan seni maka akan susah untuk berhenti karena sudah terlalu asik, dan nyaman dengan seninya.
Ayok dalam mengajar anak-anak di sanggarnya tidak memiliki target untuk anak dituntut harus bisa ini dalam waktu berapa bulan, tetapi, beliau memiliki program sendiri yaitu belajar dengan membiarkan ilmu itu mengalir mengikuti kemampuan anak. Yang terpenting adalah membangun rasa suka dengan seni terlebih dahulu, jika rasa suka sudah tertanam dia akan mudah sekali untuk diajari dari 0 pun pasti akan bisa, dan menjadikan anak untuk tidak manja dan tidak mudah merengek jika di beri alat dan bahan seadanya. Karena beliau yakin dan tahu bahwa dengan alat seadanya bisa menghasilkan lukisan yang bagus. Jika memiliki peralatan yang bagus dan lebih lengkap lukisan yang dihasilkan juga bisa lebih bagus.
Beliau mengajarkan melukis untuk murid-muridnya tidak selalunya di sanggar, sering juga mengajak murid-muridnya untuk belajar melukis di luar sanggar misal dengan membawa anak-anak ke alun-alun kota untuk melukis sekaligus refreshing, tujuan belajar melukis di luar sanggar yaitu untuk melatih mental anak agar tidak takut dan grogi ketika melukis di lihat banyak orang. Ada beberapa anak saat belajar melukis di rumah dan menghasilkan gambaran yang bagus, namun setelah ia menggambar di luar rumah dan di saksikan oleh banyak orang lukisan yang di hasilkan terlihat kurang bagus karena grogi dan tidak terbiasa.
Untuk awal belajar melukis bahan yang di gunakan adalah kertas gambar A5. Sebenarnya memakai kertas gambar bukan berarti pemula, tetapi untuk membiasakan anak menggambar dan melukis. Bahkan untuk anak-anak yang sudah pandaipun ia menggunakan kertas untuk membuat sketsa, entah itu sketsa pensil, sketsa spidol ataupun sketsa bolpoin. Penekanan pada pewarnaan gambar untuk anak-anak kecil masih mudah untuk di ajari.
Hasil lukisan beliau juga di pamerkan dan dijual kepada kurator dan kolektor. Terkadang beberapa orangpun sudah asing lagi dengan lukisannya karena sering mengikuti pameran, pameran yang paling sering berada di Jogja, Purworejo pun juga sering mengadakan, berikut juga dengan Semarang, dan Rembang. Pak ayok sering juga di ajak ke komunitas untuk mengikuti pameran, namun dengan adanya jadwal sanggar yang padat membuat pak ayok merasa lelah sehingga ia sering menolak ajakan teman-temannya.
Untuk lukisan yang mudah ditebak wujudnya, sebenarnya tidak ada harganya, dan jika ada yang menginginkan lukisan itu, maka beliau akan memberikannya secara gratis. Tetapi berbeda dengan karya, yang dimana lukisan tersebut sulit ditebak wujudnya atau berbentuk abstrak. Maka lukisan karya tersebut memiliki harga jual karena hanya ada satu-satunya di dunia.
Seorang kolektor pun juga sering mencari lukisan beliau untuk di koleksi, para kolektor ketika akan membeli lukisan biasanya akan bertanya pada kurator seni untuk melihat harga dari lukisan yang akan dibelinya dalam jangka panjang. Karena lukisan karya yang terlihat kurang bagus dimata orang awam akan terlihat mahal di mata seorang kurator seni.(*)
Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Nama Penulis :
- Aditya Rahmadhani
- Dyta Puspita Ningrum
Aisyah Ilham Nurbasith
Niceeee