
Daring merupakan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan internet dan teknologi seperti multimedia, video, kelas virtual, teks online animasi, pesan suara, email, telepon, video streaming online. Pembelajaran daring memerlukan siswa dan guru berkomunikasi secara interaktif dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, seperti media komputer dengan internet-nya, telepon atau fax. Pembelajaran daring pertama kali diperkenalkan oleh Universitas Illionis di Urbana Champagn dengan menggunakan sistem instruksi berbasis computer.
Dengan adanya pembelajaran daring siswa dapat melakukan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien pada masa pandemi covid-19. Implementasi model pembelajaran dalam jaringan (daring) pada kegiatan pembelajaran tematik di masa pandemi covid-19 diwujudkan dengan 3 tahap, yaitu tahap perencanaan dengan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), silabus, media pendidikan serta materi yang akan disampaikan. Tahap kedua, yaitu tahap pelaksanaan pembelajaran atau inti pembelajaran daring ada yang secara individu dan ada yang kelompok.
Pada saat berkelompok guru membagi maksimal lima siswa masingmasing kelompok yang rumahnya berdekatan kemudian siswa membaca materi, mengamati, dan berdiskusi. Setelah berdiskusi siswa lalu mengerjakan soal evaluasi. Pada saat pembelajaran individu siswa biasanya membaca materi, mengamati, berdiskusi sampai mengerjakan tuas mandiri di buku tugas masingmasing. Tahap yang ketiga yaitu evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru mengutamakan penilaian kognitif (pengetahuan) siswa melalui hasil mengerjakan latihan soal di LKS, tugas maupun PR. Pandemi Covid-19 berdampak besar pada berbagai sektor, salah satunya pendidikan.
Dunia pendidikan juga ikut merasakan dampaknya. Pendidik harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun peserta didik berada di rumah. Solusinya, pendidik dituntut mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online). Ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Pendidik dapat melakukan pembelajaran bersama di waktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran.
Dengan demikian, pendidik dapat memastikan peserta didik mengikuti pembelajaran dalam waktu bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda. Pendidik pun dapat memberi tugas terukur sesuai dengan tujuan materi yang disampaikan kepada peserta didik. Tapi, kasus yang banyak terjadi ketika penerapan sistem pembelajaran online ini di antaranya, tidak meratanya siswa dan orang tua siswa yang pandai mengoperasikan media online, tidak semua orang tua siswa mampu membeli kouta internet, sinyal internet di rumah siswa tidak terjangkau, sebagian besar orangtua murid yang kondisi ekonominya pas-pasan, juga tidak memiliki ponsel pintar atau smartphone sebagai sarana belajar secara online untuk anak mereka.dan kurang terkontrol disebabkan tidak langsung tatap muka.
Belum meredanya wabah virus korona di Indonesia, memaksa pemerintah memperpanjang masa belajar -mengajar dari rumah hingga waktu yang tidak ditentukan. Tak berarti libur dari aktivitas belajar mengajar, semua sekolah diwajibkan menggunakan pembelajaran di rumah secara online dan secara manual. Instruksi belajar dari rumah yang dikeluarkan pemerintah pusat, tak sepenuhnya berjalan lancar. Jika banyak daerah menjalankan belajar online dengan mudah, tidak demikian halnya dengan daerah-daerah yang tertinggal atau daerah pedalaman yang belum terjangkau listrik dan belum meratanya pengunaan media elektronik.
Ketiadaan gadget dan ketiadaan aliran listrik, memaksa para guru di wilayah itu harus bekerja ekstra. Para guru harus mengunjungi ratusan siswa satu per satu, untuk memberikan pelajaran tatap muka di rumah para siswa. Proses belajar mengajar di rumah itu dilakukan dengan menjaga jarak, mengenakan masker, dan selalu mencuci tangan. Di daerah pedalaman ditemukan bahwa semua siswa tidak punya hp android apalagi laptop. Jadi, untuk penerapan materi secara online agak sulit dan dirasa semua sekolah pasti seperti itu juga. Maka, salah satu cara untuk menyikapi masalah atau mengatasi kesulitan listrik dan ketiadaan gadget, guru tersebut menerapkan pembelajaran secara manual ke tiap-tiap rumah siswa, sesuai arahan pemerintah agar semua siswanya tidak ketinggalan materi pembelajaran.
Kalau berkunjung ke rumah siswa juga semua guru harus pakai masker sesuai dengan arahan dinas. Untuk belajar online tak mungkin. “Jangankan laptop, ponsel saja ada yang tak punya,” Oleh karena itu, agar tak menambah beban para orangtua siswa, guru di daerah terpencil memilih menyambangi satu per satu rumah siswanya. Padahal jarak tempuhnya tak dekat. Salah satu orang tua siswa mengaku dalam kondisi seperti ini, ia berupaya mengontrol dan membimbing anaknya untuk tetap belajar di rumah.

Oleh : Zauharatul Auliya Asrofah
Mahasiswa Semester 6 Universitas Muhammadiyah Purworejo