
Oleh: Tria Oktafiana, S.Pd.
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita. Hal ini berarti bahwa setiap manusia, termasuk masyarakat Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang di dalamnya. Pendidikan di lingkungan sekolah disebut dengan pendidikan formal. Pendidikan di sekolah tidak dapat terlepas dari kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran merupakan suatu proses di dalam penyelenggaraan pendidikan. Pembelajaran yang baik akan menjadi kunci sebuah keberhasilan dalam dunia pendidikan, yang ditandai dengan perubahan perilaku peserta didik yang relatif positif sebagai wujud adanya interaksi dengan lingkungan.
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai sasaran belajarnya. Agar peserta didik dapat mencapai sasaran belajar secara optimal, peserta didik menambah waktu belajar di luar kelas untuk membaca, menulis, diskusi dengan peserta didik lain, menyelesaikan soal-soal, dan lain-lain. Berikutnya, skenario pembelajaran formal di kelas menjadi pembelajaran bersifat informal, terjadi di tempat-tempat dan pada waktu yang tidak terduga. Melalui pembelajaran, siswa akan memperoleh kemampuan baik itu pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap. Begitu juga dengan pembelajaran bahasa Indonesia, siswa diharapkan memperoleh kemampuan-kemampuan tersebut.
Kemampuan berpikir kritis adalah satu kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh siswa dalam proses pembelajaran. Tujuan khusus pembelajaran berpikir kritis adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa dan sekaligus menyiapkan mereka agar sukses dalam menjalani kehidupannya. Dengan dimilikinya kemampuan berpikir kritis yang tinggi oleh siswa, maka mereka akan dapat mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum atau yang akan dicapai dalam proses pembelajaran, serta mereka akan mampu merancang dan mengarungi kehidupannya pada masa datang yang penuh dengan tantangan, persaingan, dan ketidakpastian.
Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki siswa, termasuk dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat banyak teks yang harus dipahami dengan baik dan cermat serta memerlukan daya pikir yang tinggi. Kemudian pemahaman-pemahaman tersebut selanjutnya diharapkan dapat diterapkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. Dalam praktiknya, usaha untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa harus terus dilakukan. Terlebih lagi untuk siswa di tingkat menengah seperti SMP. Ada begitu banyak cara dan metode yang dapat diterapkan untuk meningkatkan daya berpikir kritis siswa, salah satunya dengan meningkatkan wawasan melalui Gerakan Literasi Sekolah.
Secara umum, Gerakan Literasi Sekolah bertujuan untuk menumbuhkan budi pekerti anak melalui budaya literasi (membaca dan menulis). Literasi juga secara linier menambah wawasann siswa guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Sejalan dengan hal tersebut, SMP Negeri 41 Purworejo sebagai salah satu lembaga pendidikan di kabupaten Purworejo menerapkan Gerakan Literasi Sekolah. Yakni dengan cara menerapkan budaya baca 20 menit sebelum pelajaran dimulai. Setiap siswa diharuskan membaca buku baik itu buku mata pelajaran maupun buku non pelajaran. Tujuannya tidak lain untuk menambah wawasan siswa, menyiapkan pemahaman awal pada materi yang dipelajari, sehingga dengan demikian siswa akan lebih aktif, kreatif, dan kritis dalam mengikuti pembelajaran.
Gerakan Literasi Sekolah yang telah diterapkan sejauh ini membawa dampak positif dan perubahan yang cukup baik. Pertama, pendahuluan kelas lebih kondusif karena para siswa fokus dengan bacaan masing-masing. Kedua, siswa memiliki ruang untuk menambah ilmu baru selain dari apa yang disampaikan guru ketika pembelajaran berlangsung. Ketiga, budaya membaca di awal kelas membantu siswa untuk lebih tenang dan fokus sehingga pelajaran selanjutnya berlangsung dengan lebih kondusif. Selain itu, siswa juga menjadi lebih percaya diri untuk bertanya, menyampaikan pendapat, dan menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya.
Melalui Gerakan Literasi Sekolah, guru berusaha untuk mengimplementasikan gerakan literasi di sekolah sekaligus untuk meningkatkan kompetensi peserta didik. Gerakan budaya baca ini memberikan dampak positif bagi siswa, karena selain mereka membiasakan diri membaca, juga melatih siswa dalam berkomunikasi secara baik, sopan dan tertata. Dan otomatis hal tersebut berdampak pada mindset atau pola pikir peserta didik. Gerakan literasi ini akan semakin menumbuhkan budaya membaca dan menulis serta sekaligus menunjang kemampuan berpikir kritis siswa. (*)
Penulis adalah Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 41 Purworejo
