Purworejo | bagelenchannel.com – Di tengah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat yang sempat tembus angka Rp 14 ribu tak selamanya merugikan. Salah satunya adalah bagi para eksportir produk nasional yang dijual ke mancanegara. Bahkan dari data yang ada menunjukkan kenaikan jumlah eksport karena meningkatnya permintaan dari luar negeri.
Seperti dialami oleh industri gula semut atau gula merah bubuk di dalam negeri yang mampu menghasilkan produk dan diminati pasar internasional. Hal ini dibuktikan dari permintaan ekspor gula semut yang terus meningkat, dimana pada tahun 2014 tercatat senilai USD 34,7 ribu menjadi USD 48 ribu pada tahun 2017 atau naik sekitar 27 persen.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Perindustrian (Menperin) Republik Indonesia Ir. Airlangga Hartarto, MBA, MMT, usai melepas secara simbolis ekspor gula semut organik hasil produksi Koperasi Wanita (Kopwan) Srikandi Purworejo ke negara tujuan Sri Langka, Selasa (08/05/2018).
“Ekspor gula semut ini memiliki potensi yang bagus untuk mendorong perekonomian kita. Terlebih lagi, seperti di Purworejo memiliki sumber bahan baku yang cukup banyak berupa pohon kelapa atau pohon aren,” katanya.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia mencatat, bahwa Kabupaten Purworejo merupakan salah satu daerah pelopor untuk penghasil gula semut di Jawa Tengah. Pengelolaannya dilakukan oleh Koperasi Wanita Srikandi dengan perkiraan produksi sebanyak 75 ton per bulan.
“Meski pengolahannya masih banyak dilakukan secara konvensional, namun produk gula semut telah berhasil menembus pasar ekspor ke beberapa negara seperti Amerika, Eropa, Srilanka, Australia dan Jepang,” ungkapnya.
Lebih jauh Ir. Airlangga Hartarto, MBA, MMT, menegaskan bahwa permintaan ekspor itu tidak terlepas dari usaha para produsen gula semut di dalam negeri untuk semakin meningkatkan produktivitas dan tetap menjaga kualitas produknya.
“Gula semut ini juga banyak dibutuhkan di dalam negeri, terutama untuk bahan baku pembuatan kecap manis. Jadi, selama masih ada gado-gado atau sate, gula semut pasti terus dibutuhkan,” tuturnya.
Pada kesempatan tersebut, Ir. Airlangga Hartarto, MBA, MMT, juga memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Purworejo, yang tetap konsisten mengembangkan industri gula semut berdaya saing seiring dengan bantuan mesin dan peralatan yang diberikan oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia.
“Kami juga tengah mendorong pengembangan pohon kelapa hibrida karena akan lebih mudah untuk pasca panennya, cukup menggunakan dodos,” ujarnya.
Kabupaten Purworejo juga dinilai memiliki potensi untuk komoditas minyak goreng kelapa yang selama ini bahan bakunya dipasok oleh kelompok petani. Potensi lainnya, produksi kayu terutama jenis Sengon sebagai bahan baku industri furnitur dan kerajinan.
Sementara itu Dirjen Indutri Agro Panggah Susanto, mengatakan bahwa pihaknya selaku pembina industri gula semut, gula tebu, minyak goreng kelapa dan furnitur kayu, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia berkomitmen untuk membantu Kabupaten Purworejo dalam pengembangan sektor-sektor tersebut.
“Untuk itu, kami memberikan bantuan berupa mesin dan peralatan pengolahan gula semut dan mesin pengemas minyak goreng kelapa kepada Koperasi Wanita Srikandi,” katanya.
Di samping itu, juga diberikan mesin dan peralatan pengolahan gula tebu kepada Koperasi Tebu Mandiri Purworejo serta Mesin peralatan furnitur dan pengolahan kayu kepada Kelompok Usaha Pengrajin Kayu Karya Abadi dan EMHA Craft.
“Diharapkan dengan adanya bantuan mesin dan peralatan ini dapat meningkatkan kapasitas produksi dan mutu sehingga memacu ekspor dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Purworejo serta membuka peluang lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar,” paparnya.
(Widarto)
Lihat Video:
https://www.youtube.com/watch?v=70y5Rs3g4rI