
Di tengah meningkatnya intensitas bencana alam dan gejolak iklim, pemahaman tentang hubungan manusia dan lingkungan kembali menjadi sorotan. Para ahli dan aktivis lingkungan sepakat bahwa krisis ekologi yang kita hadapi bukanlah permasalahan yang berdiri sendiri, melainkan terjalin erat dengan pola pikir dan perilaku manusia. Untuk itu, diperlukan pendekatan holistik yang mengedepankan harmoni antara keduanya.
Disampaikan oleh Dr. Maya Ramadani, seorang Pakar Ekologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, bahwa selama ini, kita cenderung memperlakukan alam sebagai komoditas yang bisa dieksploitasi tanpa batas. Hal tersebut dikatakan dalam sebuah diskusi panel bertajuk “Memahami Manusia dan Lingkungan: Menuju Hubungan yang Berkelanjutan” yang digelar di Purworejo, pada Jumat (5/1/2024) lalu.
“Akibatnya, keseimbangan ekosistem terganggu, dan dampaknya kita rasakan dalam bentuk bencana alam dan perubahan iklim,” tambahnya.
Dr. Maya Ramadani menekankan pentingnya memahami bagaimana berbagai aktivitas manusia, seperti pola konsumsi, pembangunan, dan pengelolaan sumber daya, berimbas pada kesehatan planet. Beliau juga menyerukan pendekatan pembangunan yang berkelanjutan, yang mempertimbangkan kebutuhan manusia tanpa mengorbankan ekosistem.
Sementara itu Ratih, seorang pegiat lingkungan dan pendiri Komunitas ‘Rimba Lestari’ di Purworejo mengatakan bahwa tidak hanya kebijakan struktural, perubahan juga harus dimulai dari individu.
“Kita perlu belajar hidup selaras dengan alam, mengurangi jejak karbon, dan mempraktikkan gaya hidup yang lebih sederhana dan bertanggung jawab,” katanya.
Diskusi panel yang melibatkan beragam pemangku kepentingan, dari akademisi hingga masyarakat adat, menghasilkan rumusan penting: pemahaman tentang hubungan manusia dan lingkungan harus bersifat holistik. Artinya, selain fokus pada aspek teknis dan ilmiah, perlu ditanamkan juga nilai-nilai kearifan lokal, spiritualitas, dan rasa hormat terhadap alam.
Ada juga pendapat dari Ketua Kelompok Tani Organik di Purworejo Suparman, bahwa penekanan pada pendidikan lingkungan sejak dini juga dinilainya sangat penting. Anak-anak perlu diajarkan untuk mengenal, menghargai, dan merawat lingkungan sekitar mereka.
Para peserta diskusi berharap momentum ini bisa menjadi titik awal gerakan bersama untuk membangun hubungan yang lebih harmonis dan berkelanjutan dengan planet yang kita huni. Krisis iklim bukan hanya masalah lingkungan, akan tetapi juga masalah peradaban manusia. Memahaminya secara holistik, dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, menjadi kunci untuk melewati era penuh tantangan ini. (*)
Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Purworejo
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo :
1. Arjun Naja Abrori (232180099/PGSD)
2. Alivia Kuswantini (232180101/PGSD)
3. Fina Ainur Rohmah (232180102/PGSD)
4. Felisha Diva Prastiwi (232180103/PGSD)
5. Yuli Siswanto (232180104/PGSD)